Pemerintah Kabupaten Bantul memiliki ambisi besar untuk memperluas jangkauan jaringan fiber optic hingga ke pelosok desa dan lembaga pendidikan. Ditargetkan rampung pada tahun 2029, proyek ini akan mencakup sekitar 700 kilometer jaringan.
Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Bantul, Bobot Ariffi’ Aidin, menjelaskan bahwa saat ini belum semua wilayah di Bantul terkoneksi fiber optic. Dari 75 kalurahan, baru 48 yang sudah menikmati jaringan fiber optic, sementara sisanya masih mengandalkan radio. Walaupun demikian, seluruh kalurahan sudah terhubung dengan internet. Kondisi serupa juga terjadi di sekolah-sekolah, di mana belum semua telah terpasang fiber optic.
Estimasi anggaran yang dibutuhkan untuk membangun jaringan sepanjang 700 kilometer tersebut mencapai Rp77 miliar. Jika proyek ini dikerjakan selama lima tahun, maka dibutuhkan alokasi anggaran sekitar Rp15,4 miliar setiap tahunnya.
Usulan anggaran untuk program ini telah diajukan dalam pembahasan Kebijakan Umum Anggaran Prioritas Plafon Anggaran Sementara (KUA-PPAS) 2026. Namun, dana yang diusulkan belum mencapai angka ideal Rp15 miliar per tahun. Pemerintah daerah akan mencari peluang pendanaan di luar APBD untuk membantu menuntaskan proyek ini.
Bupati Bantul, Abdul Halim Muslih, menegaskan komitmen pemerintah daerah untuk memastikan seluruh kalurahan di Bantul terhubung dengan jaringan fiber optic. Jaringan ini nantinya akan mendukung pemasangan radio wireless di daerah-daerah yang sulit terjangkau sinyal (blank spot).
Pemasangan fiber optic pada tahun 2026 akan diprioritaskan untuk kalurahan, mengingat seluruh kalurahan di Bantul telah memiliki sistem informasi desa. Setelah itu, program akan dilanjutkan ke sekolah-sekolah negeri. Hal ini penting karena pembelajaran digital sudah mulai diterapkan di sekolah dasar dan sekolah menengah pertama.
Pemerintah daerah juga akan memberikan bandwidth gratis ke sekolah-sekolah negeri melalui APBD Bantul, sehingga pembelajaran digital dapat berjalan optimal.