Pemerintah sedang merencanakan penggabungan (merger) beberapa Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Karya. Tujuan utama dari langkah ini adalah untuk menciptakan industri konstruksi nasional yang lebih kuat dan berdaya saing.
Rencananya, akan dibentuk tiga holding BUMN Karya. PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) akan digabungkan dengan PT PP (Persero) Tbk (PTPP). PT Adhi Karya (Persero) Tbk (ADHI) akan menjadi induk holding bagi PT Brantas Abipraya dan PT Nindya Karya. Terakhir, PT Waskita Karya (Persero) Tbk (WSKT) akan dilebur dengan PT Hutama Karya (Persero).
Meskipun demikian, proses merger ini masih dalam tahap persiapan. Masing-masing BUMN Karya sedang mempersiapkan segala sesuatunya, terutama karena merger ini melibatkan baik perusahaan terbuka (Tbk) maupun perusahaan non-Tbk. Selain itu, keputusan dari Badan Pengelola Investasi (BPI) Daya Anagata Nusantara (Danantara) juga sangat dinantikan.
Menurut Direktur Utama ADHI, merger ini adalah sebuah keharusan, bukan pilihan. Langkah ini diharapkan dapat memperbaiki kondisi keuangan BUMN Karya, meningkatkan daya saing, dan mengoptimalkan pengelolaan kompetensi yang dimiliki masing-masing perusahaan. Beberapa BUMN Karya diketahui tengah menghadapi tantangan finansial yang cukup besar, sehingga membutuhkan kebijakan yang tepat dari BPI Danantara.
BPI Danantara sendiri memiliki peran penting dalam proses konsolidasi ini. Mereka akan fokus menjadikan BUMN Karya sebagai kontraktor yang kuat. Selain itu, Danantara juga akan mengelompokkan kembali anak usaha milik BUMN Karya untuk menghindari tumpang tindih peran. Hal ini merupakan bagian dari program untuk menyehatkan kondisi BUMN Karya secara keseluruhan.
Diharapkan, dengan terbentuknya tiga perusahaan karya yang solid dan fokus, industri konstruksi nasional akan semakin berkembang dan mampu bersaing di tingkat global. Proses merger ini memang memerlukan waktu dan persiapan yang matang, terutama bagi perusahaan terbuka (Tbk), namun hasilnya diharapkan akan sepadan dengan upaya yang dilakukan.