Pekan lalu, bursa saham Indonesia menunjukkan ketahanan dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan nilai tukar Rupiah yang berhasil mempertahankan tren positif. Namun, pasar obligasi justru mengalami tekanan jual dari para investor. Sementara itu, bursa saham Wall Street mengalami koreksi setelah sempat mencetak rekor tertinggi sepanjang masa (All Time High/ATH) akibat rilis data ketenagakerjaan Amerika Serikat yang mengecewakan.
Memasuki pekan kedua September 2025, pasar keuangan Indonesia diperkirakan akan kembali bergeliat seiring dengan meredanya aksi demonstrasi dan meningkatnya ekspektasi pemangkasan suku bunga oleh bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed).
Kilas Balik Performa Pasar Pekan Lalu
IHSG berhasil mencatatkan penguatan sebesar 0,47% dan berakhir di level 7.867,34. Namun, investor asing tercatat melakukan aksi jual bersih (net sell) dengan nilai yang cukup besar, mencapai Rp5,28 triliun di pasar saham. Di sisi lain, Rupiah mampu berbalik arah dan menguat 0,42% ke level Rp16.415 per Dolar AS.
Sayangnya, performa Rupiah yang positif tidak diikuti oleh pasar obligasi. Imbal hasil Surat Berharga Negara (SBN) tenor 10 tahun justru mengalami kenaikan menjadi 6,4%, mengindikasikan adanya aksi jual dari para investor. Bank Indonesia mencatat adanya arus modal keluar (net outflow) sebesar Rp7,69 triliun di pasar SBN pada awal September 2025.
Sentimen yang Mempengaruhi Pasar Pekan Ini
Berikut adalah beberapa sentimen utama yang diperkirakan akan memengaruhi pergerakan pasar keuangan Indonesia sepanjang pekan ini:
Meredanya Aksi Demonstrasi: Pasar akan mencermati perkembangan terkait pemenuhan 17 8 tuntutan rakyat oleh pemerintah dan aparat. Stabilitas politik dan keamanan dalam negeri merupakan faktor penting untuk menarik kembali minat investor, terutama asing.
Rilis Data Cadangan Devisa Indonesia: Bank Indonesia (BI) akan mengumumkan data cadangan devisa Indonesia periode Agustus 2025. Posisi cadangan devisa yang kuat akan memberikan kepercayaan bagi investor terhadap ketahanan ekonomi Indonesia.
Rebalancing Indeks FTSE: Hasil rebalancing indeks FTSE akan mulai berlaku pada awal pekan ini. Investor perlu mencermati konstituen yang masuk dan keluar dari indeks karena hal ini dapat memengaruhi pergerakan arus dana asing dan likuiditas saham.
Data Ketenagakerjaan AS yang Mengecewakan: Data non-farm payroll (NFP) AS yang jauh di bawah ekspektasi meningkatkan ekspektasi pemangkasan suku bunga oleh The Fed. Hal ini dapat menjadi sentimen positif bagi pasar saham.
Data Perdagangan China: Pasar akan menanti rilis data neraca dagang, ekspor, dan impor China periode Agustus 2025. Data ini akan memberikan gambaran mengenai kondisi perekonomian China dan dampaknya terhadap perdagangan global.
Data Penjualan Ritel dan Kepercayaan Konsumen Indonesia: Bank Indonesia (BI) akan merilis data penjualan ritel dan indeks kepercayaan konsumen Indonesia periode Juli dan Agustus 2025. Data ini akan memberikan indikasi mengenai kondisi konsumsi domestik.
Data Inflasi AS: AS akan merilis data Indeks Harga Produsen (IHP) dan Indeks Harga Konsumen (IHK) periode Agustus 2025. Data ini akan menjadi acuan bagi The Fed dalam menentukan kebijakan suku bunga.
Analisis Teknikal IHSG
Secara teknikal, IHSG berhasil rebound dan kembali berada di atas level 7800 setelah sempat terkoreksi akibat aksi demonstrasi. Posisi IHSG saat ini berada tepat di Moving Average (MA) 20 daily dan sedang berjuang untuk menembus resistance 8000. Jika penguatan berlanjut, peluang menuju level tertinggi sepanjang masa dapat kembali teruji.