Jamu di Era Modern: Antara Warisan Budaya dan Gaya Hidup Generasi Masa Kini

Di tengah gempuran produk kesehatan modern, jamu tetap eksis sebagai pengobatan tradisional yang digemari. Reputasinya sebagai solusi alami yang aman, ekonomis, dan kaya nilai budaya menjadi daya tarik utama.

Lebih dari sekadar minuman herbal, jamu adalah identitas budaya Indonesia. Survei Jakpat mengungkap fakta menarik tentang konsumsi jamu lintas generasi.

Generasi X memimpin dengan 68% responden rutin mengonsumsi jamu. Kepercayaan mereka terhadap pengobatan tradisional terbukti kuat, terwariskan dari generasi ke generasi.

Generasi Milenial tak kalah antusias. Lebih dari separuh (56%) responden mengakui jamu sebagai andalan menjaga kesehatan.

Meski demikian, tren berbeda terlihat pada Generasi Z. Hanya 35% responden yang memilih jamu. Paparan terhadap tren kesehatan global memengaruhi pilihan mereka. Namun, popularitas gaya hidup sehat berbasis bahan alami dan tren "back to nature" di media sosial membuat sebagian Gen Z tetap setia pada jamu.

Fenomena ini mendorong industri jamu untuk terus berinovasi. Tujuannya jelas: melestarikan warisan budaya sekaligus menjawab tantangan pasar modern.

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menekankan pentingnya kolaborasi antara ilmu pengetahuan dan kearifan lokal dalam pengembangan jamu modern.

Inovasi yang muncul pun beragam, mulai dari jamu siap minum, kombinasi jamu dengan superfood dan probiotik, hingga bahan aktif kosmetik. Kemasan pun disesuaikan dengan selera anak muda, seperti boba herbal, sparkling herbal, dan gummy herbal.

Survei Jakpat, yang melibatkan 1.394 responden dengan margin of error di bawah 5%, menunjukkan bahwa jamu memiliki tempat tersendiri di hati masyarakat Indonesia, lintas generasi.

Scroll to Top