Perdana Menteri Jepang, Shigeru Ishiba, secara mendadak mengumumkan pengunduran dirinya pada Minggu malam, menyusul kekalahan koalisi yang dipimpinnya dalam perebutan mayoritas kursi di parlemen. Langkah ini diambil menjelang pemilihan internal Partai Liberal Demokrat (LDP), yang hampir pasti akan mengakhiri masa jabatannya.
Meski singkat, kepemimpinan Ishiba mencatatkan satu keberhasilan penting: penyelesaian negosiasi tarif dengan Amerika Serikat. "Negosiasi tarif dengan AS telah mencapai kesimpulan, dan saya percaya ini adalah momen yang tepat untuk mundur," ungkap Ishiba.
Namun, kepergiannya, serta masa kampanye empat minggu untuk mencari pengganti, diperkirakan akan menciptakan ketidakpastian politik. Jepang saat ini tengah bergulat dengan berbagai tantangan, mulai dari kenaikan harga, krisis biaya hidup, hingga masalah keamanan nasional.
"Kebuntuan politik menghambat kemajuan dalam menangani isu-isu yang mempengaruhi masyarakat," ujar seorang profesor ilmu politik dari Universitas Temple Tokyo. "Publik menginginkan solusi nyata, dan mereka kecewa melihat pemimpin yang baru menjabat kurang dari setahun kini mengundurkan diri."
Perebutan Kursi PM: Siapa Kandidat Terkuat?
Ishiba akan tetap menjabat sebagai perdana menteri sementara hingga LDP memilih pemimpin baru. Pemilihan internal LDP diperkirakan akan berlangsung pada awal Oktober. Beberapa nama telah muncul sebagai kandidat potensial, di antaranya adalah mantan Menteri Keamanan Ekonomi, Sanae Takaichi, dan politisi sentris, Shinjiro Koizumi.
Takaichi, seorang tokoh nasionalis, sebelumnya pernah kalah dari Ishiba dalam perebutan kursi pemimpin partai. Namun, menguatnya kelompok politik sayap kanan di Jepang membuat posisinya kini tampak lebih diterima. Dalam pemilu Juli lalu, LDP kehilangan kursi terutama kepada partai-partai nasionalis sayap kanan.
Koizumi, di sisi lain, dikenal karena kefasihannya berbicara dan merupakan putra dari mantan Perdana Menteri populer, Junichiro Koizumi. Namun, usianya yang masih muda dan pengalamannya yang terbatas bisa menjadi batu sandungan.
Nama lain yang diperkirakan ikut maju adalah Sekretaris Kabinet, Yoshimasa Hayashi, dan Taro Kono, politisi yang dikenal memiliki gaya berbeda dari arus utama LDP.
Ketidakstabilan Politik dan Peluang "Reset Nasional"
Seorang profesor hubungan internasional dari International Christian University memperkirakan Jepang bisa kembali mengalami ketidakstabilan politik seperti era setelah masa jabatan Junichiro Koizumi, ketika negara tersebut berganti enam perdana menteri dalam enam tahun.
LDP, yang selama ini mendominasi politik Jepang, tengah menghadapi tantangan dari gerakan sayap kanan yang semakin vokal. Meski demikian, ada pendapat berbeda mengenai masa depan partai ini.
Seorang profesor ilmu politik berpendapat bahwa jurang besar antara kelompok sayap kanan dan kelompok sentris di LDP bisa membuat partai ini sulit mencapai konsensus kebijakan. Namun, ia juga menekankan bahwa krisis ini bisa menjadi peluang untuk "reset nasional," di mana LDP dan rakyat Jepang dapat berdiskusi serius tentang masa depan terbaik bagi negara ini.