Serangan udara Israel mengguncang Doha, Qatar, pada Selasa (9/9), menyasar sejumlah petinggi Hamas yang tengah membahas proposal gencatan senjata dari Amerika Serikat untuk Gaza.
Serangan tersebut, yang dilaporkan mencapai 12 kali, menghantam sebuah bangunan tempat tinggal. Kantor Perdana Menteri Israel mengindikasikan bahwa operasi ini dilakukan secara mandiri oleh Israel. Pernyataan tersebut menegaskan bahwa tindakan terhadap pemimpin Hamas merupakan operasi independen Israel.
Menanggapi serangan ini, Hamas menyatakan bahwa tujuan Israel adalah untuk menggagalkan perundingan gencatan senjata dan pertukaran tahanan. Kelompok tersebut memastikan bahwa para pemimpin mereka selamat dari upaya pembunuhan tersebut. Namun, enam orang lainnya tewas dalam serangan tersebut, termasuk putra dari pemimpin Hamas di Gaza, Khalil al-Hayya, seorang ajudan, dan seorang perwira Qatar. Hamas mengecam tindakan ini sebagai upaya untuk merusak peluang kesepakatan.
Delegasi negosiasi Hamas, yang dipimpin oleh Khalil al-Hayya, selamat dari upaya pembunuhan tersebut.
Qatar mengecam keras serangan tersebut, menyebutnya sebagai "serangan pengecut" dan pelanggaran terhadap hukum internasional. Kementerian luar negeri Qatar menegaskan bahwa serangan itu menghantam bangunan tempat tinggal yang menampung anggota biro politik Hamas, serta mengancam keamanan warga Qatar dan penduduk.