Kathmandu, Nepal – Gelombang demonstrasi besar mengguncang Nepal, dipicu oleh larangan pemerintah terhadap 26 platform media sosial dan aplikasi pesan instan. Aksi protes yang awalnya dipicu pembatasan kebebasan berekspresi daring ini, bertransformasi menjadi gerakan antikorupsi yang meluas, melibatkan mayoritas kaum muda yang dikenal sebagai "Demonstrasi Gen Z."
Situasi di ibukota Kathmandu mencapai titik didih pada Selasa (9/9/2025) ketika massa yang marah melampiaskan kemarahan mereka dengan membakar kediaman para politisi dan meratakan Gedung Parlemen dengan tanah. Kobaran api juga melalap Mahkamah Agung, simbol supremasi hukum negara.
Tidak hanya itu, kompleks perkantoran Singha Durbar, yang menaungi kantor Perdana Menteri dan berbagai kementerian penting, turut diserbu dan dirusak. Aksi anarkis ini mencerminkan kekecewaan mendalam generasi muda terhadap pemerintah yang dianggap gagal memberantas korupsi dan menciptakan peluang ekonomi yang memadai.
Kericuhan mencapai puncaknya pada Senin lalu, memaksa aparat keamanan untuk mengambil tindakan represif. Gas air mata dan peluru karet ditembakkan untuk membubarkan massa yang mencoba menerobos Gedung Parlemen, namun upaya tersebut gagal meredam amarah publik.
Dampak dari kebakaran hebat di sekitar bandara internasional Kathmandu memaksa penutupan sementara penerbangan dari arah selatan. Jarak pandang yang buruk akibat kepulan asap tebal menjadi ancaman serius bagi keselamatan penerbangan.
Demonstrasi ini menjadi simbol perlawanan terhadap tirani digital dan kegagalan pemerintah dalam menjawab aspirasi generasi muda. Masa depan Nepal kini berada di persimpangan jalan, di tengah gejolak politik dan sosial yang semakin memanas.