Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa memperingatkan bahwa kinerja ekonomi di bawah pemerintahan Presiden Prabowo Subianto berpotensi lebih buruk dibandingkan era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Hal ini bisa terjadi apabila kesalahan pengelolaan kebijakan fiskal dan moneter di masa lalu kembali terulang.
Dalam rapat kerja dengan Komisi XI DPR RI, Purbaya menjelaskan bahwa pertumbuhan ekonomi rata-rata 6% di era SBY didukung oleh kebijakan moneter yang membanjiri likuiditas. Akibatnya, bank-bank menyalurkan dana ke masyarakat dan sektor swasta dalam bentuk kredit. "Zaman Pak SBY, uang beredar tumbuh 17% lebih, kredit tumbuh 22%. Sektor swasta menjadi penggerak ekonomi," ujarnya.
Sementara di era Jokowi, pemerintah dinilai terlalu fokus pada kebijakan fiskal melalui pembangunan infrastruktur tanpa dukungan ekspansi likuiditas dari sisi moneter. "Ekonomi seperti dicekik, hanya pemerintah yang jalan, sedangkan 90% (sektor lain) berhenti atau diperlambat," imbuhnya.
Oleh karena itu, di era Prabowo, Purbaya bertekad menghidupkan kembali perekonomian dengan mengoptimalkan kedua mesin, yaitu fiskal dan moneter. Ia berencana mempercepat belanja pemerintah dari sisi fiskal dan mengguyur likuiditas ke sistem perbankan dari sisi moneter.
"Saya mohon dukungan dari parlemen untuk menjalankan tugas ini," pungkasnya.