Jakarta – Cara kita menginterpretasikan ekspresi wajah orang lain ternyata menyimpan informasi berharga tentang kesehatan otak kita. Sebuah studi terbaru mengungkapkan, kecenderungan untuk selalu melihat ekspresi wajah sebagai hal yang positif, bahkan ketika sebenarnya tidak, bisa menjadi pertanda awal demensia.
Meskipun bersikap optimis baik untuk kesehatan mental, bias positif yang berlebihan, yang menyebabkan seseorang salah menafsirkan emosi, dapat mengindikasikan adanya proses penuaan otak dan penurunan fungsi kognitif yang berhubungan dengan demensia.
Bias positif, kecenderungan untuk lebih fokus pada hal-hal positif, seringkali meningkat seiring bertambahnya usia. Awalnya, ini dianggap sebagai mekanisme alami untuk melindungi kesehatan mental. Namun, para peneliti kini berpendapat bahwa bias ini bisa menjadi tanda penurunan fungsi otak, bahkan sinyal awal penyakit neurodegeneratif seperti Alzheimer.
Penelitian yang melibatkan ratusan partisipan dari berbagai kelompok usia, diminta untuk mengidentifikasi emosi pada wajah yang dibuat secara komputer. Hasilnya menunjukkan bahwa orang yang lebih tua cenderung menafsirkan wajah sebagai ekspresi positif, bahkan ketika emosi tersebut samar atau sulit ditebak.
Pemindaian MRI otak menunjukkan bahwa bias positif ini berkaitan dengan berkurangnya materi abu-abu di hippocampus dan amigdala, area otak yang berperan penting dalam memproses emosi. Menariknya, kecenderungan ini juga terkait dengan menurunnya kinerja kognitif, namun tidak berhubungan dengan gejala depresi. Hal ini menunjukkan bahwa bias positif lebih mungkin disebabkan oleh kerusakan pada bagian otak tertentu daripada masalah depresi.
Temuan ini memperkuat bukti bahwa kesulitan mengenali emosi bisa menjadi salah satu tanda awal demensia. Area otak yang bertanggung jawab untuk membaca emosi orang lain tampaknya mulai terganggu sejak awal munculnya penyakit ini.
Meskipun emosi negatif seperti marah, takut, dan sedih memang lebih sulit dikenali daripada emosi positif seperti bahagia, penelitian ini menekankan pentingnya interpretasi yang akurat terhadap ekspresi wajah sebagai indikator kesehatan otak.
Para peneliti menekankan bahwa penelitian ini bersifat cross-sectional, artinya data hanya diambil pada satu waktu. Oleh karena itu, diperlukan penelitian lebih lanjut dalam jangka panjang untuk mengkonfirmasi hubungan sebab-akibat antara bias positif dan penurunan fungsi otak.
Meskipun tantangan untuk mendapatkan gambaran pasti tentang faktor-faktor yang berkontribusi pada penurunan fungsi otak dan demensia sangat besar, temuan ini berpotensi menjadi alat deteksi dini yang berharga. Deteksi dini memungkinkan intervensi dan dukungan yang lebih efektif untuk memperlambat perkembangan penyakit.
Penelitian lebih lanjut sedang dilakukan untuk mengeksplorasi bagaimana temuan ini berkaitan dengan orang lanjut usia yang sudah menunjukkan tanda-tanda penurunan fungsi otak awal, terutama mereka yang mengalami gejala apatis, yang juga sering menjadi indikasi awal demensia.