Influencer Nepal Ungkap Kekerasan Brutal Terhadap Demonstran, Tuduh Pemerkosaan Massal

KATHMANDU – Gelombang protes yang dipimpin oleh Generasi Z di Nepal berujung pada tragedi, dengan laporan mengenai kekerasan brutal dan dugaan pelanggaran hak asasi manusia yang mencengangkan. Influencer media sosial Nepal angkat bicara mengenai kejadian ini, menyoroti dugaan tindakan kekerasan aparat terhadap demonstran, termasuk siswa berseragam.

Sareesha Shrestha, Miss Nepal Earth 2022, melalui video TikTok-nya, mengungkapkan bahwa siswa berseragam, bahkan anak di bawah umur, menjadi korban penembakan. Ia juga menuding aparat penegak hukum menyerang para korban luka di rumah sakit tempat mereka dirawat.

Ruth Khadka, influencer media sosial lainnya, menguatkan klaim bahwa siswa berseragam menjadi sasaran. Ia menyatakan bahwa demonstran damai, sebagian besar siswa berseragam, tewas. Lebih lanjut, ia menuding terjadinya pemerkosaan terhadap perempuan dan anak perempuan di rumah mereka sendiri karena mereka menentang korupsi.

Drishti Adhikari, seorang TikToker, menjelaskan bahwa sebagian besar demonstran tidak bersenjata dan melakukan aksi damai. Namun, pemerintah merespons dengan gas air mata, peluru karet, dan bahkan tembakan langsung. Ia menyoroti bahwa salah satu korban tewas adalah siswa berseragam yang ditemukan meninggal di jalan. Adhikari menekankan bahwa tindakan ini melanggar prinsip dasar PBB mengenai penggunaan kekuatan, yang menyatakan bahwa kekuatan mematikan hanya boleh digunakan sebagai upaya terakhir untuk menyelamatkan nyawa.

Sebuah video viral menunjukkan seorang perempuan yang diduga dokter mengklaim bahwa petugas polisi memasuki rumah sakit dan menembak pasien. Ia mempertanyakan bagaimana mungkin tindakan penembakan terjadi di dalam rumah sakit, tempat yang seharusnya aman dan damai.

Protes yang awalnya dipicu oleh penolakan terhadap larangan media sosial, berkembang menjadi aksi unjuk rasa terhadap ketidakpuasan terhadap korupsi. Para pengunjuk rasa bahkan membakar rumah beberapa pemimpin politik terkemuka. Akibatnya, jam malam diberlakukan di ibu kota dan kota-kota lain, dan sekolah-sekolah di Kathmandu ditutup.

Rumah-rumah yang menjadi sasaran pembakaran termasuk milik Sher Bahadur Deuba, Ram Chandra Poudel, Ramesh Lekhak, dan Pushpa Kamal Dahal. Sekolah swasta milik istri Deuba, Arzu Deuba Rana, juga ikut dibakar.

Kejadian ini memicu kecaman luas dan menyoroti perlunya investigasi mendalam terhadap dugaan pelanggaran hak asasi manusia selama demonstrasi berlangsung.

Scroll to Top