Pamekasan menghadapi lonjakan kasus demam berdarah dengue (DBD) yang signifikan. Data dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Pamekasan mencatat, terhitung sejak Januari hingga 25 April 2025, telah terjadi 469 kasus DBD.
Lonjakan ini diakibatkan oleh curah hujan tinggi yang menyebabkan banyaknya genangan air, menjadi tempat ideal bagi perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti, pembawa virus DBD.
Selama periode tersebut, jumlah kasus DBD terus meningkat, terutama dari Januari hingga April 2025. Rinciannya, Januari mencatat 248 kasus, Februari bertambah 91 kasus, Maret 109 kasus, dan hingga April tercatat tambahan 21 kasus.
Peningkatan kasus DBD ini berbanding lurus dengan peningkatan curah hujan setiap bulannya. Curah hujan tinggi pada Januari menjadi faktor utama, sementara bulan-bulan berikutnya menunjukkan penurunan seiring dengan peralihan musim ke kemarau.
Beberapa pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) mencatat jumlah kasus tertinggi. Puskesmas Pakong mencatat 53 kasus, diikuti Puskesmas Kadur dengan 40 kasus, Puskesmas Teja 36 kasus, dan Puskesmas Pademawu 33 kasus. Puskesmas Galis mencatat 32 kasus, sementara puskesmas lainnya memiliki angka kasus bervariasi antara 2 hingga 30 kasus.
Sebagai langkah antisipasi, Dinkes Pamekasan telah mengambil sejumlah tindakan preventif. Ini termasuk pemantauan rutin setiap minggu, penerbitan surat edaran kesiapsiagaan, dan pelaksanaan program pemberantasan sarang nyamuk.
Kelompok usia yang paling rentan terhadap penyakit ini adalah anak-anak usia 5 hingga 15 tahun, dengan 230 kasus. Kelompok usia 15 hingga 44 tahun menyusul dengan 115 kasus.
Meskipun terjadi peningkatan kasus yang signifikan, Dinkes Pamekasan memastikan hingga saat ini tidak ada laporan korban jiwa akibat penyakit DBD.