Gelombang protes akar rumput melanda Prancis, Rabu (10/9/2025), dengan demonstran berupaya melumpuhkan lalu lintas di bundaran Pres d’Arenes, Montpellier. Aksi ini merupakan awal dari gerakan "Blokir Semuanya" yang ambisius, dipicu oleh ketidakstabilan politik dan rencana pemangkasan anggaran negara yang kontroversial.
Para demonstran, dengan semangat membara, menyuarakan aspirasi mereka saat aparat kepolisian berupaya membubarkan aksi di bundaran tersebut. Dampak dari protes ini terasa hingga Paris, di mana layanan kereta api lokal RER, termasuk rute menuju bandara, diprediksi mengalami gangguan signifikan.
Fenomena "Blokir Semuanya" ini bermula dari ruang daring pada bulan Mei, awalnya didorong oleh kelompok sayap kanan. Namun, seiring berjalannya waktu, gerakan ini menarik perhatian dan dukungan dari spektrum politik yang lebih luas, termasuk kelompok kiri dan kiri jauh.
Karakteristik unik dari gerakan ini adalah kurangnya struktur kepemimpinan terpusat dan organisasi yang bersifat ad hoc, yang memanfaatkan media sosial dan Telegram. Hal ini mempersulit upaya untuk mengukur secara akurat skala dan potensi gangguan yang ditimbulkan oleh aksi protes tersebut.
Pemerintah Prancis tidak tinggal diam. Sebagai langkah antisipasi, 80.000 personel kepolisian dikerahkan untuk mengamankan demonstrasi yang diperkirakan akan melibatkan sekitar 100.000 orang. Fokus pengamanan meliputi bandara, stasiun kereta api, dan jalan raya, yang rentan terhadap blokade dan tindakan sabotase.