Laba Medco Energi Terpangkas di Semester I 2025, Ini Penyebabnya!

Jakarta – PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) mengungkapkan penyebab penurunan laba bersih yang signifikan pada semester pertama tahun 2025. Perusahaan energi ini mencatatkan penurunan laba bersih sebesar 81,5%, hanya menjadi US$ 37 juta atau setara dengan Rp 608,88 miliar.

Menurut Direktur dan Chief Administrative Officer Medco Energi Internasional, Amri Siahaan, faktor utama yang memicu penurunan ini adalah kerugian yang diderita oleh PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN). Pada periode yang sama, AMMN mencatatkan kerugian bersih sebesar US$ 146 juta atau sekitar Rp 2,4 triliun.

"Penurunan laba bersih ini sangat dipengaruhi oleh kerugian dari Amman sekitar US$ 31 juta, seiring dengan transisi ke fase 8 smelter. Smelter mulai memproduksi katoda tembaga pada akhir Maret dan penjualannya dimulai pada kuartal kedua," jelas Amri dalam Public Expose Live.

Selain itu, Amri juga menyoroti penurunan harga minyak sebagai faktor lain yang berkontribusi pada penurunan laba bersih. Dari sisi produksi, biaya dry hole dari pengeboran eksplorasi sumur production sharing contract (PSC) Beluga di Natuna sebesar US$ 8,9 juta juga turut membebani kinerja keuangan perusahaan.

Meskipun menghadapi tantangan penurunan laba, Medco Energi tetap berkomitmen untuk memberikan nilai tambah kepada para pemegang saham. Perusahaan telah mendistribusikan dividen sebesar US$ 38 juta pada bulan Juli lalu.

"Dengan demikian, total dividen tahun 2024 yang telah dibagikan adalah US$ 63 juta atau Rp 41 per saham," tambahnya.

Lebih lanjut, Amri menjelaskan bahwa Medco telah menyelesaikan akuisisi Fortuna International (Barbados) Inc yang memegang hak kepemilikan tidak langsung sebesar 24% di PSC Corridor dari Repsol E&P Sàrl. Blok Corridor, yang merupakan aset gas dengan arus kas stabil, diharapkan dapat meningkatkan kinerja perusahaan.

"Blok ini mencakup tujuh lapangan gas yang sudah berproduksi dan satu lapangan minyak. Dengan infrastruktur yang mapan dan program eksplorasi serta pengembangan yang berkelanjutan, aset ini diperkirakan akan memberikan tambahan EBITDA sekitar US$ 145 juta pada tahun 2026, termasuk US$ 90 juta dari kontrak gas dengan harga tetap, dengan asumsi harga minyak mid cycle," urainya.

Medco Energi juga telah memperbarui panduan produksi untuk tahun 2025, dengan target lifting minyak sebanyak 155-160 barel ekuivalen per hari. Sekitar 48% dari total produksi minyak dan gas dijual melalui perjanjian jual beli jangka panjang yang diharapkan dapat memberikan kepastian di tengah fluktuasi harga.

"Sekitar 48% dari total produksi minyak dan gas dijual melalui perjanjian jual-beli gas domestik jangka panjang dengan harga tetap. Struktur ini memberikan kepastian arus kas dan melindungi dari fluktuasi harga minyak. Sisanya, sekitar 52%, terekspos pada dinamika harga pasar, termasuk 24% gas ekspor yang harganya terindeks pada harga minyak," pungkasnya.

Scroll to Top