Siapa sangka, efek buruk makanan tinggi lemak pada otak bisa terasa secepat kilat? Penelitian terbaru mengungkap fakta mengejutkan: hanya dalam tiga hari mengonsumsi makanan kaya lemak jenuh, peradangan otak dan gangguan daya ingat bisa muncul, terutama pada lansia.
Penelitian yang meneliti respons otak terhadap pola makan buruk ini membagi tikus berdasarkan usia dan memberikan diet tinggi lemak selama periode yang bervariasi, dari tiga hari hingga tiga bulan. Hasilnya sungguh mencengangkan.
Tikus tua menunjukkan penurunan fungsi memori dan peradangan otak hanya dalam waktu singkat, bahkan sebelum perubahan metabolisme atau masalah pencernaan terlihat. Kerusakan terutama terjadi pada memori kontekstual dan memori yang berkaitan dengan pengenalan bahaya, yang keduanya sangat penting untuk aktivitas sehari-hari.
Para peneliti menemukan peningkatan protein sitokin, penanda respons peradangan yang tidak terkendali di otak. Kondisi ini, jika berlanjut, dapat memicu masalah metabolik seperti kenaikan berat badan, resistensi insulin, dan perubahan mikrobioma usus.
Penulis utama studi tersebut menekankan bahwa dampak diet tinggi lemak dapat dirasakan otak jauh sebelum obesitas terjadi. Meskipun penelitian ini dilakukan pada hewan, implikasinya sangat relevan bagi manusia. Orang dewasa yang lebih tua perlu lebih berhati-hati terhadap asupan lemak jenuh karena otak mereka lebih sulit pulih dari peradangan.
Temuan ini menegaskan bahwa risiko diet tinggi lemak tidak hanya mengintai mereka yang kelebihan berat badan. Bahkan orang dengan berat badan ideal pun bisa mengalami gangguan otak jika sering mengonsumsi makanan kaya lemak jenuh.
Membatasi makanan tinggi lemak adalah langkah krusial untuk menjaga kesehatan otak jangka panjang, selain kesehatan tubuh secara keseluruhan. Jadi, bijaklah dalam memilih makanan untuk melindungi otak Anda!