Saham Bank BUMN Meroket Setelah Pengumuman Transfer Dana Rp 200 Triliun dari BI

Jakarta – Sektor perbankan, khususnya saham bank-bank milik negara, mengalami lonjakan signifikan pada perdagangan hari ini, Kamis (11 September 2025). Sentimen positif ini dipicu oleh pernyataan Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa sehari sebelumnya mengenai rencana pengalihan dana sebesar Rp 200 triliun dari Bank Indonesia (BI) kembali ke sistem ekonomi.

Pada pukul 09.16 WIB, pergerakan saham BBTN (BTN) memimpin penguatan dengan kenaikan sebesar 7,45% mencapai level 1.370. Menyusul di belakangnya, BBNI (BNI) melonjak 5,12% ke harga 4.310, sementara BBRI (BRI) terkerek naik 4,38% menjadi 4.050. BMRI (Bank Mandiri) juga mencatatkan performa positif dengan kenaikan 2,27% ke posisi 4.500.

Keputusan pemerintah untuk mengalihkan dana yang sebelumnya ditempatkan di BI ini bertujuan untuk memacu pertumbuhan ekonomi yang lebih pesat.

Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa mengungkapkan bahwa langkah ini telah disetujui oleh Presiden Prabowo Subianto. Dana sebesar Rp 200 triliun tersebut merupakan kas negara yang akan dipindahkan ke perbankan. Penyaluran dana ini bukan dalam bentuk pinjaman, melainkan sebagai tambahan likuiditas untuk mendorong penyaluran kredit.

Purbaya mengilustrasikan mekanisme ini seperti menempatkan deposito di bank, di mana bank memiliki keleluasaan dalam menyalurkan dana tersebut. Namun, pemerintah memiliki hak untuk menarik kembali dana tersebut jika dibutuhkan.

Meskipun demikian, Menteri Keuangan menekankan bahwa dana tersebut tidak boleh digunakan untuk pembelian Surat Berharga Negara (SBN) maupun Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI). Tujuannya adalah agar dana tersebut benar-benar beredar dalam sistem perekonomian dan mendorong aktivitas ekonomi.

Purbaya meyakini bahwa injeksi likuiditas ini tidak akan memicu lonjakan inflasi. Menurutnya, ekonomi Indonesia masih beroperasi di bawah potensi maksimalnya, yang diperkirakan sebesar 6,5%. Dengan realisasi pertumbuhan ekonomi saat ini, masih terdapat ruang yang cukup besar untuk pertumbuhan lebih lanjut tanpa menimbulkan tekanan inflasi yang signifikan.

Scroll to Top