Keterlambatan diagnosis diabetes tipe 1 pada anak-anak di Indonesia menjadi masalah serius yang memerlukan perhatian segera. Data menunjukkan, mayoritas anak-anak yang menderita penyakit ini baru terdeteksi setelah mengalami kondisi darurat yang mengancam jiwa.
Ketoasidosis Diabetik (KAD): Bahaya yang Sering Diabaikan
KAD adalah komplikasi berbahaya yang muncul akibat kadar gula darah yang sangat tinggi. Gejala KAD meliputi muntah, kesulitan bernapas, hingga hilangnya kesadaran. Jika tidak segera ditangani, kondisi ini dapat berakibat fatal. Idealnya, di negara dengan sistem kesehatan yang baik, angka keterlambatan diagnosis yang berujung pada KAD seharusnya sangat rendah. Tingginya angka KAD di Indonesia mengindikasikan adanya kekurangan dalam sistem deteksi dini.
Salah Diagnosis: Akar Permasalahan
Kurangnya pemahaman masyarakat dan sebagian tenaga medis mengenai diabetes tipe 1 pada anak turut memperparah masalah keterlambatan diagnosis. Gejala awal seringkali keliru diartikan sebagai penyakit lain, seperti asma, radang usus buntu, atau bahkan pneumonia. Akibatnya, penanganan yang tepat menjadi tertunda.
Penting untuk dipahami bahwa diabetes tipe 1 berbeda dengan tipe 2. Diabetes tipe 1 adalah penyakit autoimun yang dapat dipicu oleh infeksi virus, menyebabkan tubuh berhenti memproduksi insulin. Sementara itu, diabetes tipe 2 umumnya terkait dengan faktor genetik dan gaya hidup.
Upaya Penanggulangan
Berbagai upaya dilakukan untuk mengatasi masalah ini, termasuk program pendataan anak-anak dengan diabetes tipe 1 di seluruh Indonesia. Program ini bertujuan untuk memastikan mereka mendapatkan akses terhadap insulin, alat pemantauan gula darah, edukasi, dan pendampingan yang memadai.
Peran dokter umum sangat krusial dalam deteksi dini. Diharapkan, semua dokter umum memiliki pemahaman yang baik mengenai diabetes tipe 1 dan KAD. Dengan demikian, mereka dapat memberikan penanganan awal yang cepat dan tepat, bahkan sebelum merujuk pasien ke spesialis.