Kulit Jeruk Bali Jadi Sumber Listrik dan Sensor Gerak? Kok Bisa!

Siapa sangka, limbah kulit jeruk bali yang selama ini kita buang ternyata bisa jadi sumber energi masa depan? Para ilmuwan dari University of Illinois Urbana-Champaign berhasil membuktikan bahwa kulit buah sitrus berukuran jumbo ini punya potensi luar biasa. Mereka mengubahnya menjadi alat yang tidak hanya menghasilkan listrik, tapi juga memantau gerakan tubuh manusia.

Jeruk bali, atau pomelo, populer di Asia Tenggara dan Asia Timur. Kulitnya yang tebal seringkali berakhir di tempat sampah, padahal bobotnya bisa mencapai setengah dari berat buahnya. Melihat potensi terpendam ini, para peneliti melakukan inovasi dengan mengolah kulit jeruk bali menjadi sesuatu yang jauh lebih berharga.

Bagaimana caranya? Bagian dalam kulit jeruk bali yang tebal dan berpori diolah melalui proses pengeringan beku (freeze-drying). Proses ini mempertahankan struktur tiga dimensi kulit, membuka peluang untuk berbagai aplikasi teknologi.

Listrik dari Sentuhan: Prinsip Triboelektrifikasi

Rahasia pembangkitan listrik dari kulit jeruk bali terletak pada prinsip "triboelektrifikasi" atau elektrifikasi kontak. Prinsipnya sederhana: saat dua material berbeda bersentuhan dan bergesekan, terjadi perpindahan muatan listrik. Dalam hal ini, biomassa kulit jeruk bali dan film plastik poliimid digunakan. Elektroda tembaga ditambahkan untuk mengubah energi mekanis menjadi listrik.

Hasilnya? Mengejutkan! Hanya dengan mengetukkan jari pada alat berbasis kulit jeruk bali ini, 20 lampu LED bisa menyala. Bahkan, kalkulator dan jam olahraga bisa beroperasi tanpa listrik eksternal, berkat sistem manajemen daya dan unit penyimpanan energi yang terintegrasi.

Sensor Gerak Alami dari Limbah

Struktur berpori alami kulit jeruk bali juga memberikan sensitivitas tinggi terhadap tekanan. Ini dimanfaatkan untuk menciptakan sensor biomekanik. Ketika alat ini ditempelkan pada tubuh, misalnya pada sendi, ia mampu mendeteksi pola gerakan berdasarkan sinyal listrik yang dihasilkan dari kontak antar lapisan triboelektrik.

Potensi aplikasi sensor ini sangat besar, terutama di bidang kesehatan dan rehabilitasi fisik. Sensor ini dapat memantau gerakan sendi dan pola berjalan seseorang.

Masa Depan Berkelanjutan Berbasis Limbah

Penelitian ini membuktikan bahwa limbah makanan bisa diubah menjadi material bernilai tinggi yang ramah lingkungan. Teknologi ini tidak hanya mengurangi ketergantungan pada bahan tidak terbarukan, tapi juga mengurangi volume limbah organik.

Tim peneliti bahkan telah mengajukan paten sementara untuk perangkat triboelektrik berbasis kulit jeruk bali ini. Ini menandakan potensi komersialisasi teknologi hijau yang menjanjikan di masa depan. Limbah bukan lagi sekadar sampah, tapi sumber daya yang bisa kita manfaatkan!

Scroll to Top