Prancis Bergejolak: Gelombang Protes Besar Melanda Akibat Pemangkasan Anggaran

Jakarta – Prancis dilanda aksi demonstrasi massal yang meluas, menjadi bagian dari serangkaian unjuk rasa menentang kebijakan pemerintah yang terjadi di berbagai negara.

Pada Rabu, 10 September 2025, puluhan ribu pengunjuk rasa memblokade jalan, mendirikan barikade yang dibakar, dan terlibat bentrokan dengan aparat kepolisian. Aksi ini merupakan wujud penolakan terhadap kepemimpinan Presiden Emmanuel Macron, elit politik, serta rencana pemotongan anggaran negara.

Pemerintah merespons dengan mengerahkan lebih dari 80.000 personel keamanan di seluruh negeri untuk meredam situasi. Polisi anti huru hara membubarkan barikade, menembakkan gas air mata, dan menggunakan meriam air untuk membubarkan massa di sejumlah titik kerusuhan.

Di ibu kota Paris, ketegangan meningkat ketika polisi berulang kali menembakkan gas air mata ke arah kerumunan. Hampir 200 orang ditahan di kota tersebut, sementara secara nasional lebih dari 300 demonstran ditangkap.

Gerakan "Block Everything," yang awalnya muncul di media sosial pada Mei dari kelompok kanan, kini telah merambah ke sayap kiri dan kelompok-kelompok radikal. Aksi ini menandai puncak kekecewaan publik terhadap kebijakan penghematan pemerintah.

Unjuk rasa besar-besaran ini terjadi bersamaan dengan pelantikan Sebastien Lecornu, seorang konservatif, sebagai perdana menteri baru menggantikan pendahulunya yang dipaksa lengser oleh parlemen akibat rencana pemotongan anggaran yang sangat besar.

Meskipun demikian, bagi banyak pengunjuk rasa, pergantian perdana menteri bukanlah solusi yang memadai.

Dalam aksi protes tersebut, terlihat bendera Jolly Roger, simbol bajak laut dari manga populer Jepang, One Piece. Bendera ini bukan pertama kalinya digunakan oleh demonstran, khususnya kaum muda. Aksi demonstrasi besar di Indonesia dan Nepal juga pernah diwarnai dengan berkibarnya bendera tersebut.

Bendera tersebut kini dianggap sebagai simbol kebebasan dan perlawanan terhadap ketidakadilan, sejalan dengan makna yang terkandung dalam cerita aslinya.

Prancis saat ini menghadapi tekanan besar untuk mengurangi defisit anggaran yang hampir dua kali lipat dari batas maksimal Uni Eropa sebesar 3%. Utang publik juga telah melonjak hingga setara dengan 114% dari PDB.

Pemerintah sebelumnya mengusulkan pemotongan belanja sebesar 44 miliar euro, sebuah rencana yang semakin memicu kemarahan masyarakat.

Di Paris, massa pelajar dan mahasiswa turut serta dalam barisan protes. Ratusan pemuda berkumpul di luar stasiun Gare du Nord meneriakkan slogan anti-Macron.

Di kota Nantes, barikade dari ban dan tong sampah dibakar untuk menutup jalan tol. Polisi membalas dengan gas air mata ketika demonstran mencoba menduduki bundaran. Di Rennes, sebuah bus dibakar, sementara di Montpellier aparat melepaskan gas air mata ke arah kerumunan yang memasang spanduk bertuliskan "Macron Mundur".

Di Paris, aparat menembakkan gas air mata ke arah pelajar yang memblokade pintu masuk sekolah menengah. Petugas pemadam kebakaran membersihkan sisa-sisa sepeda dan tong sampah yang dibakar di berbagai lokasi, termasuk di dekat pusat perbelanjaan Châtelet, tempat terjadi bentrokan singkat dan sebuah gedung ikut terbakar.

Scroll to Top