Kabupaten Tuban, Jawa Timur, menghadapi peningkatan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) yang mengkhawatirkan. Data terbaru menunjukkan bahwa sejak awal tahun hingga April 2025, sebanyak 254 anak telah terinfeksi DBD, dengan tiga kasus berujung kematian.
Dinas Kesehatan setempat mengungkapkan bahwa gelombang DBD kali ini sebagian besar menyerang anak-anak, mulai dari usia balita hingga remaja. Kelompok usia 3–14 tahun menjadi yang paling rentan, dengan angka kematian tertinggi tercatat pada kelompok usia ini.
Menanggapi situasi darurat ini, Dinas Kesehatan Tuban meningkatkan kegiatan fogging di wilayah-wilayah yang dianggap rawan penyebaran DBD. Desa Jetak, Kecamatan Montong, menjadi salah satu fokus utama, di mana rumah-rumah warga, sumur, dan genangan air yang berpotensi menjadi sarang nyamuk Aedes aegypti disemprotkan insektisida.
Kecamatan Merakurak mencatat angka kasus tertinggi dengan 37 kasus, disusul Kecamatan Semanding (28 kasus) dan Kecamatan Tuban (27 kasus). Tiga korban meninggal berasal dari Kecamatan Merakurak, Palang, dan Tuban.
Pihak berwenang memperkirakan bahwa jumlah kasus DBD akan kembali meningkat pada triwulan terakhir tahun ini, khususnya selama musim hujan antara Oktober hingga Desember.
Saat ini, 15 pasien DBD sedang menjalani perawatan intensif di RSUD dr. Koesma Tuban, dengan mayoritas adalah anak-anak. Selain fogging, Dinas Kesehatan Tuban juga mengintensifkan sosialisasi pola hidup bersih dan sehat kepada masyarakat.
Masyarakat diimbau untuk secara aktif menjaga kebersihan lingkungan, terutama dengan melaksanakan gerakan 3M, yaitu Menguras, Menutup, dan Mengubur tempat penampungan air. Langkah ini sangat penting untuk mencegah perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti, yang merupakan vektor utama penyakit DBD.