Delegasi Indonesia Batal Berlayar ke Gaza, Ini Alasannya

Kabar terbaru datang dari Tunisia, di mana delegasi Indonesia yang tergabung dalam Global Sumud Flotilla (GSF) memutuskan untuk tidak melanjutkan pelayaran menuju Gaza. Keputusan berat ini diambil setelah mempertimbangkan berbagai kendala yang muncul selama persiapan.

Salah satu faktor utama adalah cuaca buruk yang mengakibatkan kerusakan pada sejumlah kapal, termasuk armada dari Spanyol yang sedang berlabuh di Tunisia. Akibatnya, jumlah kapal yang siap berlayar berkurang secara signifikan, sementara jumlah peserta terus bertambah. Panitia pengarah GSF akhirnya memutuskan untuk mengurangi jumlah peserta sesuai dengan ketersediaan kapal.

Dengan berkurangnya jumlah kapal, Indonesia Global Peace Convoy Indonesia (IGPC) memutuskan untuk tidak ikut serta dalam pelayaran kali ini. Padahal, IGPC telah menyiapkan lima kapal yang dinamai dengan nama-nama pahlawan nasional. Kapal-kapal tersebut nantinya akan diserahkan kepada relawan internasional.

Sebanyak 30 relawan Indonesia yang telah siap secara fisik dan mental untuk misi penuh risiko ini, serta telah mengikuti pelatihan intensif di Tunisia, harus merelakan kursi mereka diberikan kepada relawan dari negara lain.

Menurut IGPC, keputusan ini merupakan langkah strategis untuk memastikan keberhasilan misi GSF secara keseluruhan. IGPC akan kembali ke Indonesia untuk mempersiapkan misi berikutnya dengan lebih matang, profesional, dan terencana. Mereka menyadari bahwa perjuangan membuka blokade Gaza adalah perjalanan panjang yang membutuhkan kesabaran, strategi, dan kolaborasi berkelanjutan.

IGPC yang terdiri dari perwakilan LSM, tokoh publik, tenaga medis, dan jurnalis, telah berada di Tunisia sejak akhir Agustus 2025 untuk bergabung dalam GSF. Misi maritim besar ini diikuti oleh lebih dari 1.000 peserta dari 47 negara dengan sekitar 80 kapal.

Tujuan utama GSF adalah menembus blokade Gaza, membuka akses kemanusiaan, dan meningkatkan kesadaran dunia akan situasi kemanusiaan yang terjadi di sana. Flotilla ini menekankan pendekatan damai tanpa kekerasan, semata-mata untuk tujuan kemanusiaan.

Selama hampir dua minggu di Tunisia, para peserta GPC Indonesia aktif mengikuti pelatihan, berkoordinasi dengan peserta dari negara lain, dan mempersiapkan segala kebutuhan untuk pelayaran. Namun, perjalanan ini menghadapi berbagai tantangan kompleks yang akhirnya berujung pada keputusan untuk tidak melanjutkan pelayaran.

Scroll to Top