Jakarta – Amerika Serikat (AS) mengecam keras tindakan Korea Utara (Korut) yang mengirimkan pasukan militernya ke Rusia, untuk terlibat langsung dalam konflik dengan Ukraina. Desakan keras agar Korut segera menghentikan pengerahan pasukan ini dilayangkan langsung oleh Kementerian Luar Negeri AS.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri AS menyampaikan kekhawatiran mendalam mengenai keterlibatan aktif Korut dalam perang Rusia-Ukraina. Menurutnya, tindakan ini semakin memperkeruh situasi dan melanggar norma internasional. Ia menegaskan bahwa keterlibatan pihak ketiga seperti Korut menunjukkan tanggung jawab mereka atas konsekuensi yang timbul dari perang tersebut.
Kecaman ini muncul setelah media pemerintah Korut untuk pertama kalinya mengakui adanya pengerahan pasukan militer ke Rusia atas perintah langsung pemimpin Kim Jong Un. Korut mengklaim bahwa tindakan ini memberikan kontribusi signifikan dalam "pembebasan" wilayah Rusia yang sebelumnya dikuasai oleh Ukraina.
Rusia pun mengonfirmasi bahwa tentara Korut telah membantu merebut kembali wilayahnya. Panglima militer Rusia, Valery Gerasimov, melaporkan kepada Presiden Vladimir Putin bahwa pasukan Korut telah bertempur berdampingan dengan pasukan Rusia di wilayah Kursk, menunjukkan keberanian dan ketangguhan yang luar biasa.
Sebelumnya, Korea Selatan, Ukraina, dan AS telah mencurigai adanya pengerahan belasan ribu tentara Korut ke wilayah Kursk sejak November 2024. Tujuan pengerahan ini adalah untuk mengusir pasukan Ukraina yang telah berhasil merebut sebagian wilayah tersebut. Meskipun demikian, baik Korut maupun Rusia awalnya memilih untuk tidak memberikan komentar atau bantahan terkait tuduhan ini.
Selain pengerahan pasukan, Korut juga diduga telah mengirimkan ribuan kontainer berisi amunisi atau bahan terkait amunisi ke Rusia. Bahkan, Moskow disebut-sebut telah menggunakan rudal buatan Pyongyang dalam perangnya melawan Ukraina.