Bank Indonesia (BI) dan People’s Bank of China (PBoC) semakin erat menggandeng tangan, memperkuat penggunaan mata uang lokal dalam setiap transaksi perdagangan dan investasi antara kedua negara. Kabar baiknya, kemitraan ini akan segera mewujudkan impian banyak orang: pengguna QRIS Indonesia bisa dengan leluasa bertransaksi di seluruh pelosok Tiongkok!
BI melalui akun Instagram resminya, mengumumkan sinergi yang menjanjikan inovasi nyata, dimulai dari Local Currency Transaction (LCT) dan disusul implementasi QRIS antarnegara. Skema ini bukan hanya sekadar inovasi teknologi, tetapi juga komitmen untuk memberikan manfaat langsung bagi pelaku usaha dan masyarakat. Transaksi akan menjadi lebih efisien, biaya konversi lebih rendah, dan stabilitas keuangan semakin terjaga.
Transaksi lintas negara antara Indonesia dan Tiongkok akan menjadi lebih efisien, praktis, dan aman. Bayangkan, mulai dari kegiatan perdagangan, investasi, hingga belanja sehari-hari, semua akan berjalan lebih lancar! Ini adalah langkah nyata untuk memperkuat Rupiah dan membuka peluang baru bagi perekonomian nasional.
Meski saat ini penggunaan QRIS antarnegara masih dalam tahap uji coba terbatas (sandbox) hingga September 2025, namun prospeknya sangat menjanjikan. Nantinya, warga Indonesia dapat dengan mudah berbelanja di Tiongkok menggunakan QRIS, dan sebaliknya.
Manfaat Nyata Kerjasama LCT dan QRIS Antarnegara:
Bagi Negara:
- Mendorong pertumbuhan pasar valuta asing kedua negara.
- Memajukan kegiatan ekspor-impor dan investasi.
- Mempermudah transaksi perdagangan surat berharga.
- Memperkuat stabilitas mata uang lokal masing-masing negara.
Bagi Pelaku Usaha:
- Menekan biaya transaksi dan meningkatkan efisiensi waktu.
- Memperluas jangkauan pasar ekspor Indonesia di negara mitra.
- Membuka kesempatan investasi dengan mata uang lokal.
Sebagai gambaran, dalam kurun waktu Januari hingga Juli 2025, nilai transaksi LCT antara Indonesia dan Tiongkok telah mencapai angka fantastis, setara dengan US$ 6,23 miliar. Angka ini melonjak signifikan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, yang hanya mencapai US$ 2,17 miliar. Ini membuktikan bahwa kerjasama ini memiliki potensi besar untuk terus berkembang dan memberikan dampak positif bagi kedua negara.