Internet telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan modern. Dari pendidikan daring hingga jual beli online, dunia digital merasuki hampir setiap aspek kehidupan. Bahkan, istilah "dunia maya" kini menjadi lazim untuk menggambarkan realitas yang terbentuk di internet.
Di Indonesia, internet telah bertransformasi menjadi kebutuhan pokok. Ketersediaan kuota dan jaringan wifi menjadi krusial, menghubungkan jutaan orang melalui gawai.
Data terbaru dari Asosiasi Penyelenggara Jaringan Internet Indonesia (APJII) menunjukkan bahwa pada tahun 2025, sebanyak 229,4 juta penduduk Indonesia telah terhubung ke internet. Angka ini setara dengan 80,66% dari total populasi.
Survei APJII mengungkapkan alasan utama masyarakat Indonesia mengakses internet. Media sosial masih menjadi daya tarik utama dengan 24,8% responden memilihnya. Mencari berita dan informasi terkini (15,04%) serta melakukan transaksi online (14,95%) juga menjadi alasan populer. Hiburan menempati urutan berikutnya dengan 14,67%.
Aktivitas lain seperti mengakses layanan publik (8,6%) dan layanan keuangan (5,84%) menunjukkan bahwa internet tidak hanya digunakan untuk hiburan semata, tetapi juga untuk kebutuhan praktis sehari-hari.
Komunikasi melalui email (4,2%), sekolah daring (4,17%), dan transportasi online (4,16%) juga menjadi alasan yang signifikan. Bekerja dari rumah tercatat sebesar 3,54%. Sebagian kecil responden (0,03%) memiliki alasan lain di luar kategori yang disebutkan.
Media sosial, terutama di kalangan anak muda, digemari karena menawarkan ruang untuk menemukan hal-hal menarik dan menciptakan dunia ideal.
Tantangan yang Tersisa: Mengatasi Kesenjangan Akses Internet
Survei APJII juga mengungkap bahwa alasan utama mengapa sebagian masyarakat Indonesia belum mengakses internet adalah keterbatasan perangkat (43,62%) dan kurangnya pengetahuan tentang cara terhubung (40,77%). Kedua faktor ini menjadi hambatan utama dalam memperluas jangkauan internet di Indonesia.
Selain itu, sebagian kecil masyarakat tidak melihat manfaat internet (3,24%), menganggap biaya kuota terlalu mahal (2,88%), atau tidak memiliki sambungan internet (2,59%). Keterbatasan fisik (2,14%) dan alasan lain (4,76%) juga menjadi faktor penghambat.