Jakarta – Kabar mengkhawatirkan datang dari Bali. Menteri Lingkungan Hidup mengungkapkan bahwa kondisi hutan di Daerah Aliran Sungai (DAS) Ayung mengalami perubahan yang sangat signifikan sejak tahun 2015.
Dari total luas kawasan hutan sekitar 49.500 hektare, kini hanya tersisa sekitar 1.500 hektare lahan yang ditumbuhi pepohonan. Artinya, hanya sekitar 3 persen dari total luas hutan yang tersisa. Gubernur Bali pun terkejut mendengar fakta ini dalam rapat terkait penanganan banjir di Bali.
Kondisi ini sangat memprihatinkan, mengingat DAS Ayung memegang peranan penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem, terutama bagi wilayah di bawahnya seperti Kota Denpasar, Kabupaten Badung, Gianyar, dan Tabanan. Idealnya, sebuah DAS harus memiliki tutupan hutan minimal 30 persen untuk menjaga ekosistem.
Pemerintah berharap tidak ada lagi alih fungsi lahan di sepanjang DAS Ayung, terutama untuk pembangunan vila atau penginapan yang dapat mengganggu penyerapan air. Perubahan fungsi lahan menjadi pemukiman dinilai memperburuk kemampuan lingkungan di daerah wisata seperti Denpasar dan Badung. Penanaman pohon menjadi sebuah kewajiban mendesak.
Alih fungsi lahan di DAS Ayung terjadi sejak tahun 2015 hingga 2024. Semula hampir 2.000 hektare, namun berkurang 400 hektare hingga tersisa 1.500 hektare saat ini. Akibatnya, hujan ekstrem atau lebat pun dapat berdampak sangat besar bagi Bali.
Seperti diketahui, banjir parah melanda sejumlah wilayah di Bali pada hari Rabu (10/9) lalu akibat hujan deras. Proses pencarian korban yang hilang masih terus dilakukan. Data terakhir mencatat 17 orang meninggal dunia akibat banjir ini. Pemerintah Provinsi Bali telah menetapkan status tanggap darurat bencana selama satu minggu.