Jakarta – Negara-negara anggota Liga Arab tengah mempersiapkan respons bersama menyusul meningkatnya ketegangan di kawasan Timur Tengah. Dua insiden utama memicu urgensi ini: serangan Iran terhadap pangkalan udara Amerika Serikat di Qatar pada Juni 2025 dan serangan Israel di Doha yang menargetkan tokoh-tokoh Hamas.
Qatar, yang merasa opsi militer terbatas, berencana mengambil langkah kolektif bersama negara-negara Arab lainnya sebagai tanggapan terhadap agresi Israel. Perdana Menteri Qatar, Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al Thani, menyatakan bahwa konsultasi dan diskusi sedang berlangsung untuk menentukan respons regional yang tepat. Keputusan penting dijadwalkan akan diambil pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) darurat Arab-Islam yang akan diselenggarakan pada 15 September 2025.
Salah satu pendekatan yang akan ditempuh Qatar adalah melalui jalur hukum internasional. Keberhasilan Qatar dalam melobi pernyataan bulat Dewan Keamanan PBB yang mengutuk serangan Israel menjadi bukti komitmen ini.
Sementara itu, Uni Emirat Arab (UEA), yang sebelumnya dikenal memiliki hubungan dekat dengan Israel, menunjukkan perubahan sikap yang signifikan. Presiden UEA Mohammed bin Zayed Al Nahyan segera mengunjungi Doha, kurang dari 24 jam setelah serangan, sebagai langkah awal untuk membahas respons bersama. Selanjutnya, ia melanjutkan perjalanan ke Bahrain dan Oman.
UEA juga telah memanggil seorang diplomat Israel dan mengecam serangan tersebut sebagai tindakan "mencolok dan pengecut". Perubahan sikap ini menarik perhatian banyak pengamat, termasuk para ahli dan analis regional.
Bader Al-Saif, Asisten Profesor Sejarah di Kuwait University, menekankan pentingnya persatuan negara-negara Arab dalam menghadapi ancaman Israel. "Kita perlu mengambil sikap sekarang, karena jika tidak, negara-negara Teluk Arab lainnya akan menjadi sasaran berikutnya," ujarnya.
Salah satu langkah yang mungkin diambil adalah penurunan hubungan diplomatik UEA dengan Israel dan pengurangan keterlibatan dalam perjanjian normalisasi Abraham Accords. Bahkan sebelum serangan di Doha, pejabat senior UEA, Lana Nusseibeh, telah memperingatkan bahwa rencana Israel untuk mencaplok Tepi Barat akan menjadi "garis merah" yang melanggar Abraham Accords.
Serangan Israel, yang menargetkan kompleks perumahan yang menampung para pemimpin Hamas di Doha pada 9 September, menewaskan lima anggota Hamas dan seorang pejabat keamanan Qatar. Insiden ini semakin memperburuk situasi, terutama karena serangan tersebut terjadi saat perundingan kesepakatan gencatan senjata baru yang diusulkan oleh AS sedang berlangsung.
Sejak Oktober 2023, agresi Israel telah menyebabkan lebih dari 64.000 korban jiwa. Qatar, bersama dengan AS dan Mesir, telah berperan sebagai mediator dalam upaya mengakhiri konflik tersebut.