Pekan lalu, pasar finansial Indonesia menunjukkan dinamika yang beragam. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami penurunan tipis, namun nilai tukar rupiah berhasil menguat terhadap dolar AS, dan minat investor terhadap obligasi pemerintah kembali meningkat.
Memasuki pertengahan bulan, sentimen dari dalam dan luar negeri diperkirakan akan mewarnai pergerakan pasar keuangan Indonesia.
IHSG mengalami koreksi sebesar 0,17% dan berakhir di level 7.854,06. Pada perdagangan Jumat (12/9/2025), transaksi mencapai Rp17,86 triliun. Awal pekan lalu, IHSG sempat menyentuh titik terendahnya di 7.619,71 setelah adanya perubahan dalam Kabinet Merah Putih, khususnya penggantian Menteri Keuangan. Namun, sentimen positif muncul menjelang akhir pekan setelah pemerintah berencana mengalihkan dana Rp200 triliun dari Bank Indonesia ke bank-bank HIMBARA untuk meningkatkan likuiditas perbankan. Meskipun demikian, investor asing mencatatkan penjualan bersih yang signifikan sebesar Rp6,59 triliun.
Rupiah menguat 0,24% menjadi Rp16.375/US$, melanjutkan tren positif selama dua pekan berturut-turut. Penguatan rupiah juga sejalan dengan meningkatnya minat investor terhadap obligasi pemerintah, yang tercermin dari penurunan imbal hasil Surat Berharga Negara (SBN) tenor 10 tahun menjadi 6,139% dari sebelumnya 6,402%.
Di sisi lain, bursa saham AS ditutup bervariasi. Nasdaq menguat 0,44% didorong oleh kenaikan saham Tesla, sementara S&P 500 dan Dow Jones Industrial Average (DJIA) mengalami penurunan tipis. Secara mingguan, ketiga indeks utama mencatatkan kinerja positif. Sentimen pasar sempat berbalik setelah rilis data ekonomi AS yang menunjukkan pelemahan tenaga kerja meskipun inflasi terkendali. Kondisi ini memperkuat spekulasi bahwa The Federal Reserve (The Fed) akan menurunkan suku bunga acuan.
Pasar keuangan Indonesia diperkirakan akan mengalami volatilitas seiring dengan antisipasi pelaku pasar terhadap pengumuman penting dari dalam dan luar negeri.
Fokus utama adalah pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) yang akan menentukan apakah The Fed akan memangkas suku bunga.
Dari dalam negeri, pasar akan menantikan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) mengenai suku bunga acuan.
Berikut adalah rangkuman sentimen dan agenda penting yang diperkirakan akan mempengaruhi pasar keuangan Indonesia:
The Fed dan Potensi Pemangkasan Suku Bunga
Investor global menantikan keputusan The Fed mengenai suku bunga acuan. Pasar memperkirakan adanya peluang besar bahwa The Fed akan menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin. Selain itu, rapat ini juga akan menghasilkan proyeksi ekonomi terbaru. Dinamika politik juga menambah ketidakpastian menjelang pertemuan.
The Fed menghadapi dilema antara menjaga stabilitas inflasi dan mendukung terciptanya lapangan kerja.
Rapat Dewan Gubernur BI
BI juga akan mengumumkan kebijakan suku bunga. RDG BI sebelumnya memutuskan untuk menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 5,0%. BI diperkirakan akan tetap menjaga ruang pelonggaran kebijakan untuk mendukung pemulihan ekonomi.
Rilis SULNI
Bank Indonesia akan merilis Statistik Utang Luar Negeri Indonesia (SULNI) periode Juli 2025. Data ini penting sebagai tolok ukur kesehatan eksternal ekonomi Indonesia.
Data Ekonomi China
Pengumuman data penjualan ritel China periode Agustus juga akan menjadi perhatian. Data ini akan memberikan gambaran tentang kondisi perekonomian China.
Data Penjualan Ritel AS
Investor juga akan mencermati data penjualan ritel Amerika Serikat, yang menjadi indikator daya tahan konsumsi rumah tangga.
Agenda dan Rilis Data Hari Ini
Sejumlah agenda dan rilis data terjadwal, termasuk:
- Media briefing HSBC
- Rakor Menko Perekonomian
- Statistik Utang Luar Negeri Indonesia (SULNI) BI Juli
- Penjualan Ritel China
Berikut sejumlah agenda emiten di dalam negeri:
- RUPS : BULL, BFIN, NICE, MSIN
- Cum date dividen DADA
- Ex date dividen INPP