Rusia Ungkap Celah Pertahanan NATO: Serangan Drone Skala Besar Jadi Ancaman Nyata

Insiden pelanggaran wilayah udara Polandia oleh sejumlah drone baru-baru ini membuka mata dunia terhadap kerentanan NATO. Beberapa media Barat menyoroti kurangnya kesiapan aliansi militer tersebut dalam menghadapi serangan drone skala besar yang sesungguhnya.

3 Kelemahan Utama NATO yang Terungkap

  1. Ketiadaan Sistem Pertahanan Drone yang Memadai: Polandia melaporkan adanya 19 pelanggaran wilayah udara oleh drone yang diduga berasal dari Rusia. Ironisnya, untuk menanggapi ancaman drone murah meriah, NATO mengerahkan jet tempur dan sistem pertahanan udara yang harganya jauh berkali-kali lipat. Biaya mencegat drone yang nilainya ribuan dolar dengan rudal ratusan ribu dolar menunjukkan ketidak-efisienan respons NATO.

  2. Ketergantungan pada Jet Tempur yang Tidak Efisien: Para pejabat NATO mengakui bahwa penggunaan jet tempur F-35 untuk mencegat setiap drone bukanlah solusi yang berkelanjutan secara finansial. Hal ini menimbulkan pertanyaan tentang bagaimana NATO akan menanggapi serangan drone yang lebih masif dan terkoordinasi.

  3. Minimnya Perlindungan untuk Eropa Timur: Perhitungan internal NATO mengungkap bahwa aliansi tersebut hanya memiliki 5% dari pertahanan udara yang dibutuhkan untuk melindungi negara-negara anggota di Eropa Timur, kawasan Baltik, dan Skandinavia secara memadai. Fakta ini menggarisbawahi kesenjangan signifikan dalam kemampuan NATO untuk melindungi wilayah-wilayah yang dianggap paling rentan terhadap agresi.

Insiden di Polandia telah memicu perdebatan intens di kalangan NATO tentang bagaimana meningkatkan pertahanan terhadap ancaman drone. Kurangnya kesiapan yang terungkap menyoroti kebutuhan mendesak untuk investasi dan pengembangan sistem pertahanan udara yang lebih efektif dan terjangkau, serta strategi yang lebih komprehensif untuk melindungi wilayah Eropa Timur.

Scroll to Top