Misi kemanusiaan delegasi Indonesia untuk berlayar ke Gaza terhambat masalah teknis. Meskipun demikian, semangat Wanda Hamidah untuk membantu rakyat Gaza tak surut. Ia memilih bertahan di Tunisia, menanti kesempatan terakhir untuk bisa berlayar.
Bersama Chiki Fawzi dan sejumlah aktivis kemanusiaan lainnya, Wanda telah berada di Tunisia selama 17 hari, berpartisipasi dalam Global Sumud Flotilla. Sebagian rekan-rekan mereka telah kembali ke Indonesia karena sulitnya memperoleh izin berlayar.
"Banyak aktivis kemanusiaan yang sudah kembali, termasuk dari Indonesia, karena berbagai alasan. Tapi, saya ingin tetap di sini dan berusaha, sampai kapal terakhir berangkat," tulis Wanda di akun Instagramnya.
Walaupun separuh peserta telah kembali ke negara masing-masing, masih ada yang memilih bertahan di Tunisia, meskipun dalam ketidakpastian.
Suasana di pelabuhan dipenuhi harapan. Perlengkapan berlayar tertata rapi, menanti kabar kapal yang akan berangkat. Para aktivis rela tidur di pelabuhan, berharap perbekalan ini akan sampai ke Gaza.
Chiki Fawzi mengungkapkan kesedihannya ketika melihat teman-teman aktivis dari negara lain terpilih untuk berlayar membawa bantuan ke Gaza. Ia terharu melihat dedikasi mereka.
Meskipun delegasi Indonesia dari IGPC tidak bisa ikut berlayar, mereka telah mendelegasikan 5 kapal hasil sumbangan masyarakat Indonesia kepada panitia Global Sumud Flotilla untuk diteruskan ke Gaza.
Wanda Hamidah bahkan sempat memeluk Salwa, seorang aktivis berusia 72 tahun yang terpilih untuk ikut berlayar ke Gaza. Semangat kemanusiaan yang membara dari Salwa menjadi inspirasi bagi Wanda dan rekan-rekannya.