WASHINGTON – Militer Amerika Serikat dilaporkan kembali menyerang sebuah kapal milik Venezuela, mengakibatkan tiga orang kehilangan nyawa. Aksi ini dilakukan atas dasar tuduhan bahwa kapal tersebut terlibat dalam pengangkutan narkotika menuju wilayah Amerika Serikat.
Presiden AS, Donald Trump, mengumumkan serangan ini pada hari Senin, menyatakan bahwa kapal tersebut diawaki oleh "narkoteroris" yang sedang berada di perairan internasional dengan tujuan mengirimkan narkoba ilegal – yang disebutnya sebagai "SENJATA MEMATIKAN YANG MERACUNI WARGA AMERIKA!" – ke Amerika Serikat.
Trump menegaskan tidak ada personel AS yang terluka dalam serangan tersebut dan memperingatkan bahwa AS akan memburu siapa pun yang terlibat dalam pengangkutan narkoba yang dapat membunuh warga Amerika. Unggahan Trump di media sosial turut menyertakan video yang memperlihatkan sebuah kapal meledak dan terbakar di laut.
Pemerintah Venezuela belum memberikan tanggapan resmi terkait kejadian ini.
Serangan ini terjadi di tengah peningkatan signifikan kekuatan militer AS di wilayah selatan Karibia. Beberapa jet tempur siluman F-35 AS terlihat mendarat di Puerto Riko setelah pemerintah Trump memerintahkan penambahan 10 pesawat tempur siluman ke wilayah tersebut. Sedikitnya tujuh kapal perang AS, serta satu kapal selam bertenaga nuklir, juga dikerahkan di area tersebut.
Sebelumnya, Presiden Venezuela Nicolas Maduro telah menyebut insiden antara negaranya dan AS sebagai tindakan "agresi" dan mengindikasikan bahwa komunikasi antara kedua pemerintah telah terhenti.
Informasi mengenai serangan pertama pada 2 September masih terbatas, meskipun ada desakan dari anggota parlemen AS agar pemerintah memberikan justifikasi atas tindakan tersebut. Pemerintah AS mengklaim bahwa mereka yang berada di kapal pertama adalah anggota kartel narkoba Venezuela, Tren de Aragua, dan menyatakan bahwa 11 orang tewas.
Jenis narkoba yang diangkut kapal pertama, jumlahnya, atau jenis senjata yang digunakan dalam serangan tersebut belum diungkapkan oleh Pentagon.
Pejabat AS yang tidak ingin disebutkan namanya mengatakan bahwa kapal pertama yang diserang terlihat berbalik arah sebelum dihantam, menimbulkan pertanyaan tentang legalitas serangan tersebut.
Pemerintah Venezuela, yang mengklaim telah mengerahkan puluhan ribu tentara untuk memerangi perdagangan narkoba dan mempertahankan negara, membantah bahwa korban tewas dalam serangan pertama adalah anggota kartel Tren de Aragua. Maduro sendiri berulang kali menuduh AS berupaya menggulingkannya dari kekuasaan.