Manchester United di bawah kepemimpinan Ruben Amorim, yang semula diharapkan menjadi angin segar, justru terperosok semakin dalam. Alih-alih menunjukkan peningkatan, performa "Setan Merah" saat ini lebih mengkhawatirkan dan menyerupai tim yang berjuang menghindari degradasi.
Hampir setahun sejak penunjukannya sebagai pengganti Erik ten Hag, Amorim belum mampu memberikan dampak positif. Musim debutnya diwarnai dengan finis di posisi ke-14 klasemen, kegagalan tampil di kompetisi Eropa, dan kekalahan di final Liga Europa.
Di musim penuh pertamanya, Amorim masih bergelut dengan inkonsistensi, meskipun klub telah menggelontorkan lebih dari 200 juta poundsterling untuk pemain baru.
Saat ini, MU terpuruk di peringkat ke-14 dengan hanya mengumpulkan empat poin dari empat pertandingan. Ini menjadi awal musim terburuk dalam sejarah klub di era Premier League. Ironisnya, mereka juga tersingkir dari Carabao Cup di Babak Kedua oleh tim Divisi Empat, Grimsby Town.
Statistik mencatat, sejak Amorim mengambil alih kendali pada November 2024, MU hanya mampu mengumpulkan 31 poin dari 31 pertandingan. Rata-rata 1 poin per pertandingan ini menyamai rekor buruk 29 manajer sebelumnya.
Lebih parah lagi, dari 29 manajer tersebut, 27 di antaranya gagal menyelamatkan timnya dari degradasi! Hanya dua yang mampu bertahan dengan catatan poin yang sama buruknya.
Selama masa kepelatihan Amorim, MU tidak pernah meraih lebih dari dua kemenangan beruntun dalam sebulan di Premier League. Bahkan, sejak pekan ke-12 musim lalu, MU menjadi tim dengan perolehan poin terendah di Liga Inggris dengan selisih gol minus 13!
Tidak mengherankan jika MU kini lebih dekat dengan zona degradasi daripada posisi sepuluh besar. Pertanyaan besar yang muncul adalah, mampukah Amorim membalikkan keadaan dan menyelamatkan MU dari jurang degradasi?