Serangan Israel ke Doha, Qatar, memunculkan pertanyaan krusial: apakah negara kaya energi ini akan mengembangkan senjata nuklir? Jawabannya untuk saat ini adalah tidak.
Serangan yang menargetkan pertemuan pemimpin Hamas di Doha melibatkan jet tempur canggih dan rudal jarak jauh yang melintasi wilayah udara Arab Saudi. Insiden ini menimbulkan kekhawatiran akan eskalasi konflik di kawasan Timur Tengah.
Qatar adalah anggota Treaty on the Non-Proliferation of Nuclear Weapons (NPT), yang berarti negara ini berkomitmen untuk tidak mengembangkan senjata nuklir. Doha juga aktif mendukung penguatan rezim non-proliferasi dan menyerukan pengawasan internasional. Secara hukum, Qatar telah memperkuat aturan terkait pengendalian bahan nuklir dan radiasi.
Membuat senjata nuklir membutuhkan infrastruktur teknis yang kompleks, termasuk fasilitas pengayaan uranium atau produksi plutonium, rantai pasokan bahan baku, pusat penelitian, dan ahli kelas dunia. Hingga kini, tidak ada bukti keberadaan fasilitas semacam itu di Qatar. Pemeriksaan profil nuklir negara ini menunjukkan tidak adanya jejak pembangunan infrastruktur produksi bahan fisi nuklir.
Mengapa Qatar Tidak Mencari Senjata Nuklir?
Qatar selama ini mengandalkan jaminan keamanan eksternal, terutama dari Amerika Serikat. Negara ini menjadi tuan rumah pangkalan militer AS terbesar di Timur Tengah, Pangkalan Udara Al Udeid. Hubungan keamanan yang erat dengan Washington akan terancam jika Qatar mengembangkan senjata nuklirnya sendiri.
Selain itu, pengembangan senjata nuklir dapat memicu sanksi berat, isolasi ekonomi, dan hilangnya akses ke pasar energi. Stabilitas ekonomi dan diplomasi lebih diprioritaskan oleh Doha daripada konfrontasi militer.
Secara umum, negara-negara Teluk tidak memiliki ambisi untuk mengembangkan senjata nuklir. Jika satu negara memulai, risiko perlombaan senjata di kawasan yang sudah tegang akan meningkat.
Kemungkinan Qatar Memiliki Senjata Nuklir Melalui Pihak Ketiga?
Ada dua skenario:
- Transfer Rahasia: Negara yang memiliki senjata nuklir secara diam-diam mentransfer hulu ledak ke Qatar. Kemungkinan ini sangat kecil karena risiko terdeteksi oleh intelijen asing dan Badan Energi Atom Internasional (IAEA) sangat tinggi.
- Pembelian Teknologi: Memperoleh teknologi melalui jaringan gelap atau bantuan teknis. Namun, pengembangan senjata nuklir tetap memerlukan fasilitas di dalam negeri atau penyimpanan tersembunyi, yang berisiko terungkap. Hingga saat ini, tidak ada indikasi jalur ini aktif untuk Qatar.
Saat ini, Qatar lebih memilih jalur diplomasi, stabilitas ekonomi, dan jaminan keamanan eksternal daripada mengembangkan senjata nuklir yang berisiko tinggi.