Jakarta – Para pengemudi ojek online (ojol) yang tergabung dalam Asosiasi Garda Indonesia berencana melakukan aksi mogok massal dengan mematikan aplikasi pada hari Rabu, 17 September 2025. Langkah ini diambil sebagai bentuk solidaritas terhadap aksi demonstrasi besar-besaran yang akan digelar di Istana Kepresidenan Jakarta.
Ketua Umum Garda Indonesia, Igun Wicaksono, mengimbau masyarakat Jakarta untuk mencari alternatif transportasi lain pada hari tersebut. Ia menjelaskan bahwa aksi ini merupakan upaya untuk menyuarakan aspirasi para pengemudi ojol terkait berbagai permasalahan yang mereka hadapi.
Aksi demonstrasi ini akan membawa tujuh tuntutan utama, meliputi:
- Mendorong pemerintah dan DPR RI untuk segera memasukkan Rancangan Undang-Undang (RUU) Transportasi Online ke dalam Program Legislasi Nasional (Prolegnas) tahun 2025-2026.
- Menuntut penurunan persentase potongan yang dikenakan oleh aplikator dari 20% menjadi 10%.
- Mendesak pemerintah untuk membuat regulasi yang jelas terkait tarif pengantaran barang dan makanan.
- Meminta audit investigatif terhadap potongan 5% yang selama ini diambil oleh aplikator.
- Menghapuskan program-program yang dianggap merugikan pengemudi, seperti Aceng, Slot, Multi Order, dan Member Berbayar.
- Menuntut Kapolri untuk mengusut tuntas Tragedi 28 Agustus 2025 yang menewaskan seorang pengemudi ojol bernama Affan Kurniawan.
- Menuntut pencopotan Menteri Perhubungan, Dudy Purwagandhi.
Garda Indonesia menilai bahwa momentum Hari Perhubungan Nasional seharusnya menjadi kebanggaan atas kemajuan sektor perhubungan di Indonesia. Namun, mereka justru melihat adanya kemunduran sejak Dudy Purwagandhi diangkat sebagai Menteri Perhubungan. Oleh karena itu, aksi demonstrasi ini diharapkan dapat menjadi momentum untuk menyuarakan ketidakpuasan dan menuntut perubahan yang lebih baik bagi para pengemudi ojol.