Hepatitis, atau peradangan pada organ hati, masih menjadi permasalahan kesehatan serius di Indonesia. Kurangnya kesadaran akan pentingnya vaksinasi dan karakteristik virus hepatitis yang sering tanpa gejala di tahap awal menjadi penyebabnya.
Menurut ahli penyakit dalam, hepatitis adalah kondisi peradangan pada hati yang bisa disebabkan oleh infeksi maupun faktor non-infeksi. Infeksi virus merupakan penyebab paling umum, terutama virus hepatitis A, B, dan C. Masing-masing virus memiliki cara penularan dan tingkat keparahan yang berbeda. Selain virus, hepatitis juga bisa disebabkan oleh konsumsi alkohol, penggunaan obat-obatan tertentu, penyakit autoimun, serta perlemakan hati.
Mengenal Lebih Dekat Hepatitis A, B, dan C
Hepatitis A: Penularannya terjadi melalui jalur fecal-oral, yaitu konsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi feses pengidap hepatitis. Untuk mencegah penyebaran hepatitis A, pastikan kebersihan makanan dan minuman, terapkan sanitasi yang baik, lakukan praktik seksual yang sehat, konsumsi makanan matang, dan lakukan vaksinasi hepatitis A dua kali dengan jarak 6 bulan untuk proteksi seumur hidup.
Hepatitis B dan C: Penularannya terjadi melalui darah. Bayi berisiko terjangkit hepatitis B dan C dari ibu hamil melalui proses kehamilan dan persalinan. Penularan juga bisa terjadi melalui paparan terhadap produk darah yang terinfeksi, misalnya jarum suntik yang tidak steril pada pembuatan tato, piercing, atau aktivitas seksual. Hepatitis B dan C rentan terjadi pada usia produktif (35-60 tahun) karena faktor risiko perilaku seksual tak sehat dan penggunaan jarum suntik yang tidak steril.
Vaksinasi dan Pengobatan Hepatitis
Virus hepatitis A dapat bertahan di luar tubuh dengan masa inkubasi sekitar 3-4 minggu. Meskipun hepatitis A bisa sembuh sendiri, vaksinasi tetap disarankan. Penanganan hepatitis A bersifat suportif, berdasarkan gejala yang muncul. Vaksinasi hepatitis B tiga kali (usia nol, satu, dan enam bulan) memberikan perlindungan seumur hidup sekitar 90-95%. Sayangnya, belum ada obat yang bisa memberantas tuntas virus hepatitis B, dan terapi memerlukan waktu panjang dengan tingkat kesembuhan bervariasi. Sementara itu, untuk hepatitis C, meskipun belum ada vaksin, obat DAA (Direct Acting Antiviral) telah tersedia dan dapat dikonsumsi selama 3-6 bulan, tergantung tingkat keparahan penyakit.