Jakarta – Pemerintah melalui Kementerian Hukum dan HAM menanggapi laporan Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras) terkait hilangnya sejumlah orang pasca demonstrasi akhir Agustus 2025. Menteri HAM, Natalius Pigai, menilai Kontras terlalu cepat menyimpulkan adanya orang hilang dalam peristiwa tersebut.
Pigai berpendapat, kemungkinan ketiga orang yang dilaporkan hilang tersebut bersembunyi akibat kepanikan saat demonstrasi berlangsung. Ia lebih memilih menggunakan istilah "belum terlihat" atau "belum kembali ke rumah" daripada "hilang".
"Terlalu dini untuk dikatakan hilang. Bisa saja karena panik, mereka sembunyi," ujarnya.
Meskipun demikian, Kementerian HAM berjanji akan terus berupaya mencari keberadaan mereka. Pigai meyakini, dengan teknologi CCTV yang tersebar di seluruh Jakarta, keberadaan mereka dapat segera terlacak.
"Jakarta ini kota metropolis. Setiap sudut ada CCTV. Ini metodologi penyelidikan," jelasnya.
Kementerian HAM akan meminta bantuan kepolisian untuk mencari ketiga orang tersebut. Pigai mengimbau semua pihak, termasuk Kontras, untuk bersabar dan mempercayakan proses penyelidikan kepada aparat kepolisian.
"Kontras harus mengerti tentang penyelidikan. Sabar, kita sama-sama kerja. Jangan buru-buru berkesimpulan hilang, apalagi pakai kata hilang paksa," tegas Pigai.
Kontras sebelumnya melaporkan tiga orang hilang pasca demonstrasi:
- Bima Permana Putra, bukan demonstran, hilang sejak 31 Agustus 2025. Lokasi terakhir di Glodok, Jakarta Barat.
- M Farhan Hamid, demonstran, hilang sejak 31 Agustus 2025. Terakhir terlihat di Brimob Kwitang, Jakarta Pusat.
- Reno Syahputradewo, demonstran, hilang sejak 30 Agustus 2025. Terakhir berada di Brimob Kwitang, Jakarta Pusat.