Memanasnya Hubungan Mesir dan Israel: Mungkinkah Perang Baru?

Hubungan antara Mesir dan Israel kembali menegang, dipicu serangkaian peristiwa yang meningkatkan risiko konflik. Serangan udara Israel di Qatar, yang menargetkan pemimpin Hamas, menjadi sorotan utama dan membuat Kairo merasa terancam.

Mesir telah menyampaikan peringatan keras kepada Amerika Serikat bahwa serangan terhadap pemimpin Hamas di wilayahnya akan membuka "gerbang neraka", yang kemudian diikuti dengan pengurangan koordinasi keamanan dengan Israel.

Ketegangan ini semakin meruncing, memunculkan pertanyaan tentang kelanjutan perjanjian damai 1979 yang telah berusia 45 tahun, setelah empat kali perang antara kedua negara. Meskipun perjanjian ini berhasil mencegah konflik terbuka, integrasi ekonomi dan penerimaan publik masih minim.

Akar Masalah: Kritik dan Ambisi Israel

Kritik Mesir terhadap perang Israel di Gaza semakin meningkat, terutama terkait pembatasan bantuan kemanusiaan dan potensi pengusiran warga Gaza ke perbatasan Mesir. Presiden Al-Sisi menyebut tindakan Israel sebagai "genosida sistematis" dan menegaskan bahwa Mesir tidak akan menjadi pintu gerbang bagi pengungsian warga Palestina.

Israel menanggapi dengan ancaman pembekuan kesepakatan gas bernilai miliaran dolar dengan Mesir, yang bertujuan untuk mengatasi kesenjangan produksi dan konsumsi gas alam Mesir. Selain itu, Perdana Menteri Netanyahu menuduh Mesir memenjarakan warga Palestina di Gaza setelah Kairo menolak pemindahan paksa.

Kemarahan Mesir berakar pada rencana Israel untuk menggusur penduduk Gaza, yang dianggap sebagai kebijakan negara yang didukung oleh pemerintahan Trump. Tindakan ini memaksa ratusan ribu warga meninggalkan rumah mereka dan menuju zona kemanusiaan di dekat perbatasan Mesir.

Eskalasi di Perbatasan dan Kekhawatiran Israel

Mesir telah meningkatkan kehadiran pasukan di sepanjang perbatasan dengan Gaza, yang menimbulkan dilema terkait penanganan warga sipil yang melarikan diri dari konflik. Langkah ini juga meningkatkan ketegangan dengan Israel, yang menganggapnya sebagai pelanggaran perjanjian Camp David.

Pembatasan bantuan kemanusiaan ke Gaza semakin membuat Kairo tertekan, baik dari dalam maupun luar negeri. Demonstrasi di berbagai negara menuntut tindakan lebih dari Mesir untuk membantu Palestina.

Israel juga khawatir dengan peningkatan pasukan Mesir di Sinai, yang mungkin dianggap sebagai persiapan untuk serangan, bukan sekadar upaya mengamankan perbatasan.

Masa Depan Hubungan: Antara Konflik dan Diplomasi

Meskipun ketegangan meningkat, para analis di Kairo percaya bahwa baik Mesir maupun Israel tidak menginginkan konflik militer. Perjanjian damai selama 45 tahun telah mencegah perang baru.

Namun, jika Israel menyerang pemimpin Hamas di Kairo, atau melakukan tindakan preemptif terhadap pasukan Mesir di Sinai, konflik militer yang lebih luas bisa saja terjadi.

Keterlibatan Amerika Serikat dan penyelesaian perang di Gaza menjadi kunci untuk mencegah keretakan hubungan yang lebih dalam antara Kairo dan Tel Aviv. Bantuan AS dan tekanan terhadap Israel dapat meredakan ketegangan.

Sementara itu, Mesir masih berfokus pada perbaikan ekonomi, yang dianggap sebagai faktor penting dalam mencegah petualangan militer. Israel, yang telah terlibat dalam perang multi-front, kemungkinan tidak mampu membuka front baru dengan Mesir.

Scroll to Top