Trump Yakin Zelensky Siap Serahkan Krimea Demi Gencatan Senjata dengan Rusia

Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, menyatakan keyakinannya bahwa Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, bersedia menyerahkan wilayah Krimea kepada Rusia demi tercapainya kesepakatan gencatan senjata. Pernyataan ini muncul di tengah upaya Washington yang terus mendorong terwujudnya perdamaian antara kedua negara.

Berbicara di Bedminster, New Jersey, Trump mengungkapkan keyakinannya meski Ukraina berulang kali menolak menyerahkan semenanjung Laut Hitam tersebut. Krimea sendiri telah menjadi titik panas antara Rusia dan Ukraina bahkan sebelum konflik besar keduanya pecah pada 2022.

"Oh, saya kira begitu," jawab Trump kepada wartawan saat ditanya apakah Zelensky bersedia menyerahkan Krimea.

Komentar Trump ini muncul sehari setelah pertemuannya dengan Zelensky dalam acara pemakaman Paus Fransiskus, yang sedikit meredakan ketegangan setelah perselisihan besar antara kedua pemimpin di Gedung Putih beberapa waktu lalu. Trump menambahkan bahwa dalam pembicaraan mereka di Vatikan, mereka membahas nasib Krimea, yang dianeksasi oleh Moskow pada tahun 2014.

Selain itu, Trump juga memberikan pesan tegas kepada Presiden Rusia, Vladimir Putin, untuk "berhenti menembak," duduk bersama, dan menandatangani perjanjian untuk mengakhiri perang yang dimulai dengan invasi Moskow pada Februari 2022.

"Saya ingin dia berhenti menembak, duduk, dan menandatangani kesepakatan," tegas Trump. "Saya yakin kita memiliki batasan kesepakatan, dan saya ingin dia menandatanganinya."

Gedung Putih mengisyaratkan bahwa tanpa kemajuan yang cepat, mereka dapat menghentikan perannya sebagai mediator. Trump bahkan memberikan tenggat waktu "dua minggu" untuk proses tersebut.

Menteri Luar Negeri AS, Marco Rubio, menambahkan bahwa minggu mendatang akan menjadi sangat krusial. "Kami sudah dekat, tetapi belum cukup dekat untuk mencapai kesepakatan untuk menghentikan pertempuran," katanya.

Namun, AS tampaknya masih frustrasi dengan kedua belah pihak, mengingat perang yang telah menghancurkan sebagian besar wilayah Ukraina Timur dan menewaskan puluhan ribu orang terus berlanjut. Ukraina sendiri melancarkan serangan pesawat nirawak "besar-besaran" di wilayah Bryansk, Rusia.

Kritikan Keras Jerman

Menteri Pertahanan Jerman, Boris Pistorius, menyatakan bahwa Ukraina tidak boleh menyetujui semua langkah yang dilaporkan ditetapkan dalam kesepakatan yang diusulkan oleh Trump. "Kyiv tahu gencatan senjata mungkin melibatkan konsesi teritorial," kata Pistorius. "Namun, ini tentu tidak akan sejauh yang terjadi dalam proposal terbaru dari Presiden AS."

Eropa juga mendorong peran yang lebih besar dalam pembicaraan Ukraina. Presiden Prancis, Emmanuel Macron, dan Perdana Menteri Inggris, Keir Starmer, turut bergabung dengan Trump dan Zelensky dalam pertemuan di Basilika Santo Petrus.

Rubio sendiri telah melakukan panggilan telepon dengan Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov. Keduanya sepakat bahwa ada "prasyarat yang muncul" untuk memulai negosiasi menuju perdamaian jangka panjang.

Rusia bersikeras mempertahankan wilayah yang telah direbutnya dan menuntut demiliterisasi Kyiv, serta diakhirinya dukungan Barat pada Ukraina. Sementara itu, Ukraina terus menekankan keberadaannya di sebuah daerah yang masuk wilayah Kursk, Rusia, untuk menekan Moskow demi menurunkan syarat perdamaiannya.

Scroll to Top