Nilai tukar rupiah mengalami pelemahan terhadap dolar Amerika Serikat pada perdagangan Kamis (18/9/2025). Mata uang Garuda terdepresiasi sebesar 0,46% dan berada di posisi Rp16.500 per dolar AS, menandai level terlemah sejak pertengahan Mei 2025.
Indeks dolar AS (DXY) terpantau menguat ke level 97,904 pada pukul 15.00 WIB, melanjutkan penguatan dari perdagangan sebelumnya.
Pelemahan rupiah dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal, salah satunya penguatan indeks dolar AS. Penguatan dolar AS terjadi setelah Federal Reserve (The Fed) memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin. Meskipun sesuai ekspektasi, investor melakukan penyesuaian terhadap prospek kebijakan The Fed. The Fed mengisyaratkan pemangkasan tambahan sebanyak dua kali tahun ini, namun hanya satu kali pada tahun 2026, menepis ekspektasi pasar untuk pemangkasan yang lebih agresif. Ketua The Fed Jerome Powell menekankan bahwa pemangkasan ini bersifat pengelolaan risiko dan bank sentral tidak terburu-buru melonggarkan kebijakan lebih dalam.
Dari dalam negeri, keputusan Bank Indonesia (BI) yang kembali memangkas suku bunga sebesar 25 bps menjadi 4,75% juga memicu volatilitas nilai tukar rupiah dan mengurangi daya tarik pasar obligasi domestik, sehingga mendorong arus keluar modal.