Misteri Serangan Udara Israel ke Qatar: Benarkah Rudal Balistik ‘Golden Horizon’ Jadi Andalan?

Serangan udara Israel yang menggemparkan ke markas Hamas di Doha, Qatar pada 9 September 2025 lalu menyisakan banyak pertanyaan. Bagaimana Israel bisa menembus pertahanan udara Qatar yang dipenuhi alutsista canggih?

Terungkap bahwa jet tempur Israel meluncurkan rudal balistik dari udara (ALBM) dari Laut Merah. Langkah ini diduga untuk menghindari sistem pertahanan udara Qatar dan menghindari pelanggaran wilayah udara negara-negara tetangga, khususnya Arab Saudi.

Dengan menembakkan rudal dari Laut Merah, rudal tersebut melintasi ruang angkasa, melewati atas wilayah Arab Saudi. Taktik ini dinilai cerdas karena secara teknis rudal tidak memasuki wilayah udara Arab Saudi (berada di atas Garis Kármán 100 km), sehingga tidak memicu respons pertahanan udara.

Serangan yang dinamakan Operasi "Pisgat HaEsh (Summer Fire)" ini memunculkan spekulasi mengenai jenis ALBM yang digunakan. Seorang ahli rudal menduga Israel menggunakan rudal "Golden Horizon," atau varian dari rudal Sparrow. Rudal ini diluncurkan dari pesawat tempur di atas Laut Merah, menembus lapisan atmosfer, dan menghantam Doha dengan kecepatan hipersonik (lebih dari Mach 5).

ALBM seperti Golden Horizon unggul dalam kecepatan, mampu menembus sistem pertahanan udara. Dengan meluncur di ruang angkasa, Israel menghindari pelanggaran wilayah udara negara lain. Golden Horizon juga dilaporkan memiliki jangkauan yang luas (standoff range).

Meski laporan menyebutkan keterlibatan F-15 dan F-35I Adir, belum ada konfirmasi pasti bahwa F-35 bisa meluncurkan Golden Horizon. Rudal ini umumnya dikaitkan dengan pesawat tempur yang mampu membawa muatan berat dan menembakkannya dari jarak jauh (standoff weapon).

Informasi mengenai Golden Horizon sangat terbatas karena ini adalah program militer rahasia. "Golden Horizon" bukan nama resmi, melainkan sebutan yang beredar di kalangan intelijen. Rudal ini diyakini sebagai pengembangan dari keluarga rudal Blue Sparrow, dengan jangkauan hingga 2.000 km.

Dengan mengadaptasi rudal target Blue Sparrow menjadi senjata serang, Israel mempertahankan karakteristik utama rudal tersebut, termasuk jangkauan yang sangat jauh. Kemampuan jarak ini krusial untuk fungsi rudal sebagai senjata standoff, yang memungkinkan peluncuran dari lokasi aman, seperti di atas Laut Merah.

Rudal ini diduga kuat dikembangkan oleh Rafael Advanced Defense Systems, produsen rudal canggih. Namun, perusahaan pertahanan Israel lainnya, seperti Israel Aerospace Industries (IAI), juga diyakini memiliki peran dalam program rudal balistik negara tersebut.

Scroll to Top