Trump dan Starmer Kompak di London: Kecewa Putin hingga Isyarat Afghanistan

Presiden AS, Donald Trump, dan Perdana Menteri Inggris, Keir Starmer, mengakhiri pertemuan di London dengan menegaskan kembali eratnya hubungan kedua negara. Mereka berdua sepakat dalam berbagai isu global, dari konflik Ukraina, situasi di Gaza, hingga kerjasama ekonomi.

Trump mengungkapkan apresiasi atas sambutan hangat di Inggris, sementara Starmer menyebut AS dan Inggris sebagai "rekan utama" dalam perdagangan, keamanan, dan teknologi. Sikap ini meredakan kekhawatiran terkait kebijakan ekonomi Trump dan komitmennya pada Ukraina.

Berikut poin-poin penting dari konferensi pers Trump-Starmer:

Trump Merasa Dikecewakan Putin

Trump mengakui terkejut dengan sulitnya penyelesaian konflik Rusia-Ukraina. Ia bahkan merasa Presiden Rusia, Vladimir Putin, telah mengecewakannya.

"Saya kira akan mudah karena relasi saya dengan Presiden Putin, tapi ia mengecewakan saya," ujar Trump.

Starmer menegaskan Inggris memimpin upaya membantu Ukraina dan menekan Rusia untuk menyetujui perdamaian jangka panjang.

Perbedaan Pendapat Soal Gaza dan Palestina

Terkait konflik Gaza, Trump kembali menyoroti serangan Hamas pada 7 Oktober sebagai "salah satu hari terburuk dalam sejarah umat manusia". Walau begitu, ia tidak secara langsung membahas kebijakan Israel di Gaza yang telah menyebabkan puluhan ribu warga Palestina meninggal.

Trump juga mengakui perbedaan pendapat dengan Starmer mengenai rencana Inggris mengakui negara Palestina. Namun, keduanya mengutuk Hamas dan tidak mengkritik tindakan Israel.

Pujian untuk NATO

Berbeda dari sebelumnya yang skeptis, kali ini Trump memuji NATO dan Sekjen Mark Rutte atas komitmen meningkatkan anggaran militer hingga 5% dari PDB.

"Kami mengirim banyak senjata ke NATO, mereka membayarnya penuh, dan kami memastikan mereka mendapat apa yang mereka butuhkan," katanya.

Sinyal Kuat Kembali ke Afghanistan

Trump kembali mengkritik penarikan pasukan AS dari Afghanistan pada 2021 oleh Presiden Joe Biden. Ia memberi isyarat untuk kembali menguasai pangkalan militer Bagram melalui kesepakatan dengan Taliban.

"Kami mencoba mendapatkannya kembali, karena lokasinya hanya sejam dari tempat China membuat senjata nuklirnya," jelas Trump.

Kritik Pedas untuk Jimmy Kimmel

Trump juga mengomentari pemecatan pembawa acara TV, Jimmy Kimmel. Ia berpendapat alasan pemecatan bukan karena kebebasan berpendapat, tapi karena "rating yang buruk" dan "kurangnya bakat".

"Jimmy Kimmel bukan orang berbakat. Mereka seharusnya memecatnya dari dulu," kata Trump.

Scroll to Top