Ekonomi Indonesia Dihadapkan Tantangan: Proyeksi Pertumbuhan Melambat Menurut Bank Dunia

Bank Dunia memberikan proyeksi terbaru mengenai ekonomi Indonesia, menyoroti beberapa tantangan yang dapat mempengaruhi pertumbuhan di masa depan. Ketidakpastian kebijakan perdagangan global dan penurunan harga komoditas menjadi perhatian utama yang dapat menekan kepercayaan investor.

Dalam laporan terbarunya, Bank Dunia memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia akan melambat menjadi rata-rata 4,8% dalam periode 2025-2028. Penanaman modal asing (PMA) diperkirakan akan tetap menjadi sumber utama pendanaan eksternal, terutama diarahkan pada sektor hilirisasi industri. Namun, peningkatan PMA ini diperkirakan akan bertahap seiring investor mencari stabilitas kebijakan yang lebih baik.

Bank Dunia juga menyoroti bahwa stimulus permintaan yang digulirkan pemerintah, bersama dengan rencana reformasi untuk meningkatkan kapasitas ekonomi, diharapkan dapat mengimbangi dampak negatif dari ketidakpastian global. Pembentukan modal diharapkan meningkat seiring realisasi investasi melalui Danantara.

Meskipun demikian, konsumsi swasta diprediksi tetap kuat, meskipun ada sedikit penurunan karena kurangnya lapangan kerja berkualitas. Dengan permintaan yang stabil, tingkat kemiskinan diperkirakan akan turun menjadi 11,5% pada tahun 2027. Kesenjangan output yang positif diperkirakan akan memicu inflasi, yang diharapkan tetap berada dalam kisaran target Bank Indonesia.

Di sisi fiskal, pengeluaran pemerintah diproyeksikan akan meningkat untuk mengakomodasi program-program prioritas baru, termasuk Program Makan Bergizi, sehingga defisit fiskal diperkirakan meningkat menjadi 2,7% dari PDB. Utang Indonesia diperkirakan stabil di sekitar 41% dari PDB, namun biaya pinjaman yang lebih tinggi akan mendorong pembayaran bunga menjadi 19% dari total pendapatan.

Di tengah kondisi keuangan global yang ketat dan langkah-langkah kebijakan perdagangan yang ada, defisit transaksi berjalan diproyeksikan akan melebar menjadi 1,7% dari PDB pada tahun 2027, sedikit di bawah tingkat sebelum pandemi.

Scroll to Top