Indonesia masih bergulat dengan masalah stunting. Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2024 mencatat angka 19,8%, sementara target nasional adalah menurunkannya menjadi 14% pada 2029. Kekurangan gizi pada masa pertumbuhan anak menjadi salah satu penyebab utama stunting. Meningkatkan kesadaran orang tua tentang pentingnya pola asuh sehat dan pemenuhan gizi anak adalah kunci pencegahan stunting.
Stunting bukan sekadar masalah pertumbuhan fisik. Dampaknya jangka panjang, mempengaruhi kualitas sumber daya manusia (SDM) Indonesia. Stunting dapat menurunkan kecerdasan, produktivitas, dan meningkatkan risiko penyakit degeneratif seperti jantung, diabetes, dan hipertensi di usia dewasa. Akibatnya, daya saing bangsa melemah dan kemiskinan antar generasi dapat diperparah.
Kota Salatiga turut merasakan dampak stunting, terutama di beberapa kelurahan di Kecamatan Tingkir. Meskipun beberapa kelurahan menunjukkan tren penurunan, upaya pencegahan harus terus diperkuat. Intervensi berkelanjutan seperti pemberian makanan tambahan (PMT), edukasi MP-ASI, dan pelibatan lintas sektor sangat penting untuk mencapai penurunan prevalensi stunting yang signifikan.
Sebagai solusi inovatif, Universitas Kristen Satya Wacana melalui program pengabdian masyarakat, memperkenalkan es krim berbahan dasar bayam dan nanas kepada masyarakat perempuan (anggota PKK) di Kelurahan Kalibening, Kota Salatiga. Inisiatif ini bertujuan meningkatkan minat anak-anak terhadap makanan bergizi, khususnya sayuran.
Bayam, sayuran kaya nutrisi seperti vitamin A, C, K, folat, zat besi, dan kalsium, dikombinasikan dengan nanas yang menyegarkan, kaya vitamin C, serat, dan antioksidan. Nanas juga membantu menutupi rasa khas sayuran, membuat es krim lebih disukai anak-anak. Enzim bromelin dalam nanas bermanfaat bagi pencernaan.
Proses pembuatan es krim bayam melibatkan beberapa tahap. Daun bayam dicuci bersih, diekstraksi sarinya. Sari bayam dicampur dengan susu, gula, dan nanas, kemudian dipanaskan. Tepung maizena digunakan sebagai pengental. Setelah melalui proses pembekuan dan pengocokan, es krim siap dinikmati.
Kegiatan pendampingan ini menunjukkan hasil positif. 80% ibu hamil menunjukkan peningkatan pengetahuan tentang gizi. Masyarakat juga mulai rutin mengonsumsi pangan lokal sebagai sumber protein dan mikronutrien. Namun, keterbatasan ekonomi dan kebiasaan masyarakat yang sulit diubah menjadi tantangan. Program pendampingan berkelanjutan dengan dukungan kader kesehatan, posyandu, dan puskesmas sangat dibutuhkan agar upaya pencegahan stunting dapat berjalan optimal.
[Gambar es krim sehat berbasis bayam dan nanas]