Akses Internet di Sekolah Dasar: Kesenjangan Digital dan Upaya Pemerintah

Teknologi informasi dan komunikasi (TIK) terus berkembang pesat, mendorong kebutuhan akan internet cepat dan andal di berbagai sektor. Digitalisasi merambah semua aspek kehidupan, menjadikan teknologi sebagai fondasi penting dalam pembangunan ekonomi, pemerintahan, pelayanan publik, hingga pendidikan.

Dalam dunia pendidikan, kurikulum terus beradaptasi dengan perkembangan zaman. Internet memengaruhi metode pembelajaran, menjadikannya lebih fleksibel dan interaktif. Proses belajar mengajar menjadi lebih inovatif dengan dukungan media digital dan koneksi internet yang memadai. Pembelajaran di kelas pun tidak lagi membosankan, terutama bagi siswa Sekolah Dasar (SD). Banyak lembaga pendidikan kini mengintegrasikan materi pembelajaran melalui e-learning, termasuk untuk siswa SD.

Data menunjukkan bahwa pada tahun ajaran 2024/2025, provinsi-provinsi di Pulau Jawa mendominasi dalam hal akses internet untuk SD. Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Jawa Barat memimpin dengan jumlah sekolah yang terhubung ke internet jauh melampaui provinsi lain. Lebih dari 17.000 sekolah di masing-masing provinsi ini memiliki akses internet, menandakan kesenjangan digital yang signifikan antara Jawa dan luar Jawa.

Provinsi lain memiliki angka yang jauh lebih rendah. Sumatra Utara berada di peringkat keempat dengan sekitar 6.686 sekolah yang terhubung, sementara Riau di posisi kesepuluh hanya memiliki 3.059 sekolah. Secara keseluruhan, terdapat 120.349 SD yang terhubung ke internet dari total 149.158 SD di seluruh Indonesia.

Angka ini menggarisbawahi adanya ketimpangan infrastruktur dan ketersediaan internet di tingkat SD. Provinsi-provinsi di Jawa memiliki koneksi internet yang lebih baik dibandingkan wilayah lain.

Pemerintah Berupaya Mewujudkan Digitalisasi Pendidikan

Untuk mewujudkan digitalisasi pendidikan yang inklusif, Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) memberikan bantuan infrastruktur penting bagi sekolah-sekolah di wilayah 3T (tertinggal, terdepan, dan terluar). Upaya ini dilakukan untuk mendukung proses digitalisasi pembelajaran.

Kemendikdasmen mengusulkan penyediaan internet satelit untuk 5.681 sekolah yang belum memiliki akses internet di daerah 3T. Selain itu, keterbatasan listrik juga menjadi perhatian, sehingga bantuan panel surya disiapkan untuk 1.625 sekolah. Langkah ini adalah bagian dari program revitalisasi dan digitalisasi pembelajaran berbasis wilayah. Secara keseluruhan, Kemendikdasmen menargetkan 23.700 sekolah di daerah 3T sebagai penerima program digitalisasi pembelajaran tahun ini.

Scroll to Top