Wakil Perdana Menteri China, He Lifeng, kini menjadi sorotan utama dalam pusaran perang dagang antara China dan Amerika Serikat. Sosok yang sebelumnya lebih banyak bekerja di balik layar ini, kini memegang peran krusial dalam mengelola ekonomi raksasa Asia tersebut.
- Dari Aparatur Partai Hingga Negosiator Ulung
- Jejak Karir: Transformasi dari Daerah ke Pusat Kekuasaan
- “Sang Pembongkar” dari Tianjin: Julukan Kontroversial
Di tengah tensi perdagangan yang meningkat, dengan penerapan tarif tinggi oleh AS terhadap produk China, He Lifeng menjadi kunci dalam mencari solusi. Ia disebut-sebut sebagai "tsar perdagangan" dalam hubungan bilateral ini.
Dari Aparatur Partai Hingga Negosiator Ulung
Perubahan signifikan terlihat dalam gaya interaksi He Lifeng. Dulu dikenal sebagai aparat Partai Komunis yang kaku dengan kemampuan bahasa Inggris terbatas, kini ia tampil lebih percaya diri dan efektif dalam berdiplomasi.
Dalam setahun terakhir, He telah melakukan puluhan pertemuan dengan pihak asing. Meskipun demikian, beberapa pelaku bisnis menilai He bukanlah inovator kebijakan, namun tetap teguh membela strategi pertumbuhan berbasis ekspor China.
Sebagai bagian dari diplomasi ekonomi, He juga memimpin hubungan China dengan pasar maju seperti Jepang dan Uni Eropa.
Jejak Karir: Transformasi dari Daerah ke Pusat Kekuasaan
Berbeda dengan pendahulunya yang memiliki latar belakang pendidikan Barat dan fasih berbahasa Inggris, He Lifeng memiliki latar belakang domestik. Hal ini membuatnya memerlukan adaptasi untuk tampil sebagai representasi ekonomi Tiongkok di panggung global.
Sebelumnya, He dinilai kurang energik dan cenderung kaku dalam pertemuan dengan delegasi bisnis asing. Namun, belakangan ia menunjukkan pemahaman mendalam tentang tantangan ekonomi China, seperti deflasi, krisis properti, dan populasi yang menua, serta memberikan analisis yang canggih.
"Sang Pembongkar" dari Tianjin: Julukan Kontroversial
He Lifeng memulai karirnya di birokrasi lokal di Provinsi Fujian, tempat Xi Jinping membangun kekuasaannya. Kedekatan keduanya bermula dari sana.
Pada tahun 2009, ia dipindahkan ke Tianjin, di mana ia mendapatkan julukan "He si Penghancur" karena proyek pembaruan kota dan infrastruktur masif yang mengubah wajah Tianjin, namun juga menyebabkan kota itu terlilit utang besar.