Asia Tenggara kini menjadi ajang persaingan baru bagi industri pertahanan global. Turki, dengan pendekatan pragmatis dan tawaran yang menarik, berhasil memperluas pengaruhnya di kawasan ini, terutama melalui ekspor alutsista canggih. Indonesia dan Malaysia menjadi dua negara yang kepincut dengan teknologi pertahanan Turki. Apa yang membuat jet tempur KAAN buatan Turki begitu diminati?
1. Teknologi dan Pelatihan Tanpa Beban Sejarah
Turki menawarkan lebih dari sekadar perangkat keras. Mereka hadir sebagai mitra yang menawarkan teknologi canggih, pelatihan komprehensif, dan kerjasama industri tanpa ikatan politik atau beban sejarah kolonial. Berbeda dengan negara-negara besar lainnya, Turki tidak terlibat dalam konflik di masa lalu dan tidak memiliki agenda tersembunyi. Pendekatan ini disambut baik oleh negara-negara di Asia Tenggara yang menjunjung tinggi kedaulatan.
2. Transfer Teknologi dan Produksi Lokal
Indonesia mengambil langkah berani dengan memesan 48 jet tempur generasi kelima KAAN, menjadi pembeli pertama pesawat tempur kebanggaan Turki ini. Kesepakatan ini bukan hanya tentang pembelian, tetapi juga tentang transfer teknologi dan pembagian kerja lokal. Hal ini sejalan dengan visi Indonesia untuk memodernisasi kekuatan udaranya sambil membangun industri pertahanan yang mandiri. Bagi Turki, kesepakatan ini merupakan pintu gerbang menuju pasar Indo-Pasifik yang menjanjikan.
3. Fleksibilitas yang Menguntungkan
Fleksibilitas menjadi kunci keberhasilan Turki. Negara ini mampu menjalin hubungan dengan berbagai pihak, baik Timur maupun Barat, tanpa harus memilih salah satunya. Pendekatan ini sangat sesuai dengan keinginan negara-negara Asia Tenggara yang ingin memiliki opsi yang beragam tanpa terikat pada satu kekuatan tertentu. Malaysia, misalnya, telah mengoperasikan drone ANKA-S buatan Turki untuk pengawasan maritim di wilayah yang disengketakan.
4. Bukan Ancaman, Tapi Mitra
Bagi Vietnam, yang memiliki prinsip "Empat Tidak" (tidak ada aliansi militer, tidak berpihak pada satu kekuatan, tidak ada pangkalan asing, dan tidak ada penggunaan atau ancaman kekuatan), Turki hadir sebagai mitra yang ideal. Kerjasama dengan Turki fokus pada pelatihan, hubungan industri pertahanan, penjagaan perdamaian PBB, dan pertukaran di bidang angkatan laut, udara, siber, dan keamanan non-tradisional. Hal ini selaras dengan doktrin non-blok Vietnam sekaligus membangun kapasitas praktisnya.
5. Industri Pertahanan yang Kompetitif
Turki memiliki industri pertahanan yang berkembang pesat, menghasilkan drone, senjata presisi, kapal perang, dan jet tempur generasi kelima yang telah teruji di berbagai medan pertempuran. Keberhasilan ini ingin mereka bagikan dengan negara-negara di Asia Tenggara, melalui kemitraan jangka panjang yang membangun kapasitas lokal dan mengurangi risiko ketergantungan pada satu pemasok.
6. Mendorong Arsitektur Keamanan yang Multipolar
Keberadaan Turki di Asia Tenggara, bersama dengan kekuatan menengah lainnya, berkontribusi pada pembentukan arsitektur keamanan yang multipolar. Hal ini sesuai dengan keinginan negara-negara di kawasan ini untuk memiliki tatanan internasional yang lebih seimbang, sistem tata kelola global yang lebih inklusif, dan dunia di mana kekuatan menengah tidak hanya menjadi pion dalam persaingan negara adidaya. Kemitraan dengan Turki diharapkan dapat menjadi contoh kerjasama yang dibangun di atas rasa saling menghormati, pragmatisme teknologi, dan otonomi strategis bersama.