Singkawang mencatat lonjakan kasus demam berdarah dengue (DBD) yang signifikan. Hingga akhir Agustus 2025, Dinas Kesehatan dan Keluarga Berencana Kota Singkawang melaporkan 111 kasus. Angka ini menjadikan Singkawang sebagai wilayah dengan kasus DBD tertinggi di Kalimantan Barat.
Meskipun demikian, seluruh pasien telah mendapatkan penanganan medis di rumah sakit wilayah Singkawang. Untungnya, tidak ada kasus kematian yang dilaporkan, sehingga status Kejadian Luar Biasa (KLB) belum diberlakukan.
Peningkatan kasus ini dipicu oleh beberapa faktor. Cuaca panas ekstrem dan penurunan debit air mendorong masyarakat untuk lebih banyak menampung air. Kondisi ini menciptakan lingkungan ideal bagi nyamuk Aedes Aegypti untuk berkembang biak. Nyamuk betina Aedes dikenal mampu menghasilkan ratusan telur dan bertahan hidup dalam kondisi panas, meningkatkan risiko penularan DBD.
Untuk mengatasi masalah ini, Dinas Kesehatan Singkawang memastikan ketersediaan bubuk abate di seluruh puskesmas. Masyarakat dapat memperoleh abate secara gratis untuk mencegah penampungan air menjadi sarang nyamuk. Langkah ini merupakan bagian dari upaya pencegahan penyebaran DBD.
Secara keseluruhan, Kalimantan Barat mencatat 740 kasus DBD dengan dua kasus kematian di Kabupaten Ketapang dan Mempawah. Meskipun Singkawang memiliki jumlah kasus tertinggi, wilayah ini belum mencatatkan kematian akibat DBD.
Dibandingkan dengan daerah lain di Kalimantan Barat, jumlah kasus DBD di Singkawang lebih tinggi dari Ketapang (85 kasus), Bengkayang (83 kasus), dan Kubu Raya (70 kasus). Hal ini menjadikan Singkawang sebagai wilayah dengan tingkat kewaspadaan tertinggi terhadap DBD di Kalimantan Barat.