Aktris Leony Vitria kembali menjadi perbincangan hangat di media sosial setelah mengkritisi laporan keuangan Kota Tangerang Selatan. Leony menyoroti sejumlah alokasi anggaran yang dinilai tidak tepat sasaran.
Leony menegaskan bahwa data yang ia gunakan adalah informasi publik yang bisa diakses oleh siapapun melalui situs resmi Kota Tangerang Selatan. Ia mengungkapkan, laporan tersebut terdiri dari 520 halaman, sehingga ia hanya memilih poin-poin penting untuk dibagikan.
Pendapatan Kota Tangerang Selatan pada tahun 2024 mencapai Rp5 triliun, dengan kontribusi terbesar berasal dari Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) sebesar Rp733 miliar. Dari data inilah, Leony menyoroti lima pos anggaran.
Pertama, anggaran perjalanan dinas pegawai yang mencapai Rp117 miliar dalam setahun. Kedua, anggaran alat tulis kantor (ATK) yang fantastis, yaitu Rp38 miliar, termasuk pembelian kertas dan sampul senilai Rp6 miliar per tahun. Leony menyindir, "Ini beli ATK atau pabriknya?"
Ketiga, pembelian suvenir senilai Rp20 miliar, konsumsi rapat Rp60 miliar, dan penambah daya tahan tubuh sebesar Rp215 juta. Leony menambahkan, "Sampai penambah daya tahan tubuh dan pakaian karyawan pun kita belanjain mereka."
Keempat, beban jasa atau operasional kantor yang mencapai Rp750 miliar. Ironisnya, beban pemeliharaan jalan, jaringan, dan irigasi hanya sekitar Rp731 juta. Leony berkomentar, "Kita tidak boleh suudzon. Mungkin di Tangsel tidak banyak jalanan rusak. Jadi anggaran segitu sudah cukup untuk setahun."
Kelima, dana bantuan sosial (bansos) yang sangat kecil, hanya Rp136 juta. Mengingat angka kemiskinan di Kota Tangsel mencapai 2,36 persen atau sekitar 43.330 jiwa, maka bansos yang diberikan hanya sekitar Rp3.148 per kepala. "Berarti setiap orang miskin (di Tangsel) hanya dapat 1 bungkus mie instan per tahun," ujar Leony.
Unggahan Leony ini memicu beragam komentar dari warganet. Banyak yang menyoroti ketidakseimbangan anggaran. Ada yang menyebutkan bahwa infrastruktur di sebagian besar wilayah Tangerang Selatan diurus oleh swasta, sehingga seharusnya anggaran publik dapat dialokasikan lebih baik untuk fasilitas umum seperti jalan, transportasi, dan pengelolaan sampah.
Warganet lain mempertanyakan mengapa anggaran ATK dan suvenir jauh lebih besar dibandingkan anggaran farmasi dan alat kesehatan di RSUD dan puskesmas. Komentar pedas juga dilontarkan terkait anggaran makanan dan minuman rapat yang mencapai Rp60 miliar. Banyak yang menilai bahwa anggaran tersebut tidak sebanding dengan kebutuhan masyarakat.