Ironi Kanker di India: Lebih Banyak Wanita Terdiagnosis, Pria Lebih Banyak Meninggal

Di India, sebuah ironi mencolok mewarnai lanskap kanker. Meskipun kaum wanita mendominasi jumlah kasus kanker baru, ironisnya, angka kematian akibat penyakit mematikan ini justru lebih tinggi di kalangan pria. Fenomena ini kontras dengan tren global di tahun 2022, di mana risiko kanker seumur hidup hampir setara antara pria dan wanita.

Dominasi Kanker pada Wanita:

Kanker payudara, serviks, dan ovarium menjadi momok utama bagi wanita India. Kanker payudara dan serviks saja menyumbang 40% dari seluruh kasus kanker pada wanita. Kanker serviks seringkali dipicu oleh infeksi HPV, sementara kanker payudara dan ovarium lebih terkait dengan faktor hormonal dan perubahan gaya hidup seperti kehamilan di usia lanjut, penurunan frekuensi menyusui, obesitas, dan kurangnya aktivitas fisik.

Kanker pada Pria: Diagnosis Terlambat Berujung Fatal:

Di sisi lain, kanker mulut, paru-paru, dan prostat menjadi ancaman utama bagi pria India. Tembakau adalah biang keladi utama, bertanggung jawab atas sekitar 40% kasus kanker yang sebenarnya dapat dicegah, terutama pada mulut dan paru-paru. Sayangnya, kanker pada pria seringkali terdeteksi pada stadium lanjut. Minimnya kesadaran akan skrining dan keengganan untuk memeriksakan diri menjadi penyebab utama. Akibatnya, meskipun insidennya lebih rendah dibandingkan wanita, tingkat kematian akibat kanker pada pria justru lebih tinggi.

Kampanye Kesehatan dan Kesadaran:

Perbedaan signifikan dalam angka kematian ini sebagian besar dipengaruhi oleh efektivitas kampanye kesehatan publik. Kesadaran tentang kanker pada wanita lebih tinggi berkat tersedianya layanan skrining dan pemeriksaan kesehatan reproduksi, yang memungkinkan deteksi dini. Sebaliknya, isu kesehatan pria cenderung didominasi oleh bahaya tembakau dan kanker mulut, meninggalkan celah dalam kesadaran akan jenis kanker lainnya.

Kurangnya pemeriksaan rutin pada pria menjadi faktor kunci. Wanita, melalui pemeriksaan kesehatan reproduksi, lebih mungkin berkonsultasi dengan dokter secara teratur. Sementara itu, banyak pria mungkin tidak pernah mengunjungi dokter sepanjang hidup mereka.

Beban Kanker di India:

Data dari berbagai registri kanker di India menunjukkan bahwa 11 dari setiap 100 orang berisiko terkena kanker seumur hidup. Diperkirakan, akan ada 1,56 juta kasus baru dan 874.000 kematian akibat kanker pada tahun 2024. Wilayah timur laut India, seperti Mizoram, menghadapi beban kanker terberat, dengan risiko seumur hidup yang dua kali lipat dari rata-rata nasional. Pola hidup yang berisiko seperti merokok, mengunyah tembakau, konsumsi alkohol berlebihan, dan metode pengolahan makanan yang tidak sehat menjadi faktor utama.

Kesenjangan Global:

Fenomena di India mencerminkan kesenjangan global dalam penanganan kanker. Di negara-negara maju, kanker payudara lebih sering terdiagnosis, namun angka kematiannya rendah berkat akses pengobatan berkualitas. Sebaliknya, di negara-negara berpenghasilan rendah, diagnosis terlambat menyebabkan kematian lebih tinggi meskipun jumlah kasus lebih sedikit. Ini menekankan pentingnya akses yang merata terhadap pencegahan, deteksi dini, dan terapi yang efektif.

Langkah ke Depan:

Para ahli sepakat bahwa transisi demografi, perubahan gaya hidup, dan kesenjangan layanan kesehatan akan terus memengaruhi beban kanker di India. Untuk menekan angka kematian, perubahan gaya hidup sehat, pengendalian konsumsi tembakau dan alkohol, serta pemerataan fasilitas skrining menjadi kunci utama.

Scroll to Top