Seorang ilmuwan diaspora Indonesia, Irmandy Wicaksono, memberikan kontribusi penting dalam dunia kesehatan astronaut. Ia menciptakan baju khusus yang terintegrasi dengan teknologi kesehatan, dirancang untuk memantau kondisi vital astronaut di lingkungan tanpa gravitasi.
Baju ini telah diuji dalam penerbangan parabolik, yang mensimulasikan kondisi tanpa bobot. Inovasi ini merupakan pengembangan dari baju kesehatan yang sebelumnya dibuat oleh Irmandy. Baju astronaut ini dilengkapi dengan sensor untuk mendeteksi berbagai parameter penting tubuh.
Menurut Irmandy, karena keterbatasan fasilitas kesehatan di luar angkasa, konsep telemedicine menjadi sangat krusial bagi astronaut. Baju ciptaannya tidak hanya mendeteksi, tetapi juga memberikan intervensi melalui kompresi. Baju ini dapat memberikan tekanan pada tubuh astronaut, membantu sirkulasi darah yang terpengaruh oleh ketiadaan gravitasi. Baju ini dilengkapi dengan ruang-ruang yang dapat memberikan tekanan melalui angin.
Langkah selanjutnya adalah pengujian lebih lanjut di luar angkasa untuk jangka waktu yang lebih lama, mengingat simulasi penerbangan parabolik hanya berlangsung selama 20 detik. Irmandy berencana untuk terus menyempurnakan prototipe agar dapat digunakan dalam misi luar angkasa yang lebih panjang.
Selain baju astronaut, Irmandy juga menciptakan berbagai inovasi berbasis tekstil yang membuatnya diakui sebagai salah satu inovator muda terkemuka di dunia oleh MIT Technology Review dalam kategori Ilmu Material.
Beberapa contoh inovasinya meliputi tekstil yang dapat mengukur tekanan, pernapasan, detak jantung, dan aktivitas manusia secara real-time. Ia juga menciptakan baju yang dapat mendeteksi detak jantung, pola pernapasan, dan gerakan fisik pelari, serta menghasilkan data peta panas langsung dari suhu kulit. Proyek lainnya termasuk sepatu yang menganalisis gaya berjalan dan keseimbangan pemain sepak bola, serta kaus kaki dan matras yoga yang mampu menyimpulkan pose dan gerakan penggunanya dengan akurasi tinggi.
Saat ini, Irmandy menjabat sebagai Assistant Lecturer di National University of Singapore (NUS) dan menerima hibah untuk membangun laboratorium risetnya sendiri, yang mengusung konsep interdisiplin seperti berbagai inovasi yang telah ia ciptakan.