Rupiah Tertekan, Bank Indonesia Ungkap Faktor Penyebab dan Optimisme Pemulihan

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) mengalami tekanan, mendorong Bank Indonesia (BI) untuk memberikan penjelasan terkait situasi ini. Gubernur BI Perry Warjiyo menyampaikan bahwa pelemahan rupiah dipengaruhi oleh kombinasi faktor global dan domestik.

Dalam rapat kerja dengan Komisi XI DPR RI, Perry Warjiyo menyoroti ketidakpastian global sebagai salah satu pemicu. Meskipun AS telah menurunkan suku bunga acuannya (Fed Fund Rate/FFR) dan indeks dolar (DXY) menunjukkan tren melemah, aliran modal ke negara berkembang, termasuk Indonesia, masih terbatas dan fluktuatif. Dinamika ekonomi dan politik global turut memengaruhi pergerakan dolar AS.

Data menunjukkan rupiah dibuka pada posisi Rp16.600 per dolar AS, terdepresiasi 0,09%. Pada penutupan pekan sebelumnya, rupiah berada di Rp16.585 per dolar AS, mencatatkan pelemahan kumulatif sebesar 1,28% dalam seminggu.

Meskipun demikian, Perry Warjiyo meyakinkan bahwa rupiah memiliki potensi untuk kembali stabil dan bahkan menguat. Keyakinan ini didasarkan pada komitmen BI dalam menjaga stabilitas nilai tukar, imbal hasil investasi yang menarik, tingkat inflasi yang rendah, dan prospek ekonomi Indonesia yang positif. BI optimis kombinasi faktor-faktor ini akan mendukung pemulihan nilai tukar rupiah di masa depan.

Scroll to Top