Sulawesi Selatan (Sulsel) menghadapi situasi serius terkait penyebaran HIV/AIDS. Data terkini menunjukkan bahwa jumlah kasus baru terus meningkat dan mengkhawatirkan.
Angka Kasus yang Mengkhawatirkan
Dinas Kesehatan (Dinkes) Sulsel mencatat 1.214 kasus baru HIV/AIDS dalam kurun waktu Januari hingga Agustus 2025. Ironisnya, lebih dari 300 pengidap telah meninggal dunia akibat penyakit ini.
Kelompok Rentan dan Usia Produktif
Data menunjukkan bahwa kelompok lelaki seks lelaki (LSL) menjadi yang paling terdampak, dengan lebih dari 500 kasus. Kelompok rentan lainnya meliputi populasi umum, penderita tuberkulosis, pelanggan pekerja seks, ibu hamil, dan pekerja seks.
Kasus HIV/AIDS paling banyak menyerang usia milenial, yaitu antara 25-49 tahun. Angka ini diikuti oleh kelompok usia 15-24 tahun. Mayoritas penderita adalah laki-laki.
Penyebaran Merata di Wilayah Sulsel
Kota Makassar mencatat jumlah kasus tertinggi, diikuti oleh Gowa, Palopo, dan beberapa kabupaten/kota lainnya. Yang mengkhawatirkan, penyebaran HIV/AIDS sudah merata hingga ke pelosok Sulsel.
Perlunya Penanganan Lintas Sektor
Kepala Dinkes Sulsel menekankan bahwa penanganan HIV/AIDS tidak bisa hanya menjadi tanggung jawab satu instansi. Perlu keterlibatan lintas sektor, termasuk lembaga pendidikan, sosial, dan lembaga pemasyarakatan. Pencegahan adalah kunci utama.
Kesadaran Masyarakat Meningkat
Peningkatan angka kasus juga dipengaruhi oleh meningkatnya kesadaran masyarakat untuk melakukan tes HIV secara sukarela. Kelompok berisiko seperti penghuni lapas, pekerja hiburan malam, dan calon pengantin juga semakin sadar akan pentingnya tes HIV.
Faktor Risiko dan Strategi Pencegahan
Faktor risiko terbesar tetap berkaitan dengan perilaku seksual berisiko, penggunaan jarum suntik narkoba, dan orientasi seksual tertentu. Dinkes Sulsel terus menggencarkan sosialisasi pencegahan HIV/AIDS melalui berbagai program, mulai dari pendidikan usia dini hingga penyuluhan di tempat kerja.
Deteksi Dini dan Pengobatan
Pemeriksaan rutin sangat penting sebagai langkah deteksi dini. Penderita yang terdeteksi lebih awal bisa segera diobati sehingga tidak menularkan virus ke orang lain.
Stigma Sosial dan Pengawasan Komunitas
Stigma sosial masih menjadi hambatan besar. Banyak penderita enggan terbuka karena takut dikucilkan. Selain itu, pengawasan komunitas juga perlu ditingkatkan untuk mencegah praktik prostitusi terselubung.
Pelayanan Kesehatan dan Ketersediaan Obat
Dinkes Sulsel memastikan pelayanan kesehatan bagi orang dengan HIV/AIDS (ODHA) tetap berjalan. Obat antiretroviral (ARV) tersedia di rumah sakit rujukan dan bisa diakses secara gratis. Namun, kesadaran dan peran aktif masyarakat tetap menjadi kunci utama dalam menekan angka kasus HIV/AIDS di Sulsel.